Loading...

√ Konsep Evaluasi Berbasis Kelas

Setiap kegiatan berguru mengajar di dalam kelas tentunya berakhir dengan sebuah penilaian. Penilaian di dalam kelas menjadi sangat penting alasannya yaitu hasil penilaian tersebut akan kuat pada kualitas pendidikan yang dilaksanakan, disamping itu bagi pendidik sendiri sanggup memakai hasil penilaian tersebut untuk memperbaiki proses berguru mengajar yang dilakukan di dalam kelas (refleksi). Khusus bagi sekolah hasil dari penelitian penilaian pembelajaran sanggup dipakai untuk menyusun kegiatan sekolah dalam rangka peningkatan prestasi dan mutu pendidikan sekolah. Serang pendidik membutuhkan informasi yang akurat dan berkesinambungan dalam proses pembelajaran di kelas, informasi ini hanya sanggup diperoleh apabila guru melaksanakan Penilaian Berbasis Kelas.

Setiap kegiatan berguru mengajar di dalam kelas tentunya berakhir dengan sebuah penilaian √ Konsep Penilaian Berbasis Kelas
Konsep Penilaian Berbasis Kelas 

Pada kosep dasar penelitian tindakan kelas sanggup dikatagorikan sebagai suatu metode/suatu pendekatan yang lebih luas dalam peningkatan kualitas berguru dan mengajar (pendidikan). Jenis Penilaian Berbasis Kelas ini sanggup didesain dalam membantu pendidik untuk mememukan perihal bagaimana individu dan atau kelompok peserta didik (siswa) berguru dalam kelas. Para tenaga pengajar (Guru), mereka sanggup menerapkan hasil penilaian mereka untuk meningkatkan kompetensi mengajar. Sedangkan bagi peserta didik, mereka sanggup meningkatkan hasil pencapaian dari pembelajaran mereka.

Pengertian Penilaian Berbasis Kelas 
Penilaian Berbasis Kelas merupakan suatu proses penilaian Berbasis Kelas, yakni proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi perihal hasil berguru peserta didik dengan memakai model ataupun prinsip-prinsip penilaian yang berkelanjutan, otentik, akurat, dan konsisten dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Secara khusus, proses Penilaian Berbasis Kelas ini sanggup dipakai untuk mengidentifikasikan perolehan/pencapaian dari indikator indikator yang telah ditentukan dimana indikator indikator ini merupakan turunan dari KD dan SK, lalu dibentuk pemetaan dan terakhir disusun dalam sebuah laporan. 

Penilaian berbasis kelas sudah menjadi sebuah keharusan untuk diterapkan oleh para pendidik, beda halnya dengan penilaian yang dilakukan oleh guru pada masa masa sebelumnya dimana penilaian hanya berlaku pada ujian simpulan sehingga penilaian tersebut tidak mencakupi semua aspek indikator yang ada pada setiap pembahasan pokok materi pelajaran. Oleh alasannya yaitu itu peningkatan kemampuan dan profesionalisme beserta integritas moral guru dalam Penilaian Berbasis Kelas merupakan suatu keniscayaan, ini semua dimaksudkan supaya  terhindar dari upaya manipulasi nilai peserta didik.

Sebenarnya, penilaian Berbasis Kelas memakai kata assessment, yang mempunyai arti dimana proses kegiatan penilaian dilakukan untuk memperoleh dan mengefektifkan informasi perihal hasil berguru peserta didik dalam kelas selama dan sesudah kegiatan pembelajaran berlangsung. Kemudian informasi dari penilaian ini merupakan salah satu bukti yang dipakai untuk mengukur keberhasilan/kefektivan suatu proses berguru mengajar yang dijalankan. Pada dasarnya, penilaian Berbasis Kelas ini juga dikelompokkan dalam penilaian pendidikan dimana kita fahami bergotong-royong cakupan penilaian pendidikan lebih luas dan kompleks dibandingkan Penilaian Berbasis Kelas itu sendiri.

Berdasarkan citra di atas, kita sanggup menyimpulkan bahwa penilaian kelas merupakan suatu proses Penilaian yang Berbasis Kelas, yakni penilaian yang menurut proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi perihal hasil berguru peserta didik untuk mengukur tingkatan penguasaan kompetensi yang ditetapkan, adapun kompetensi tersebut yaitu standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian berguru yang termuat dalam kurikulum setiap mata pelajaran. Penilaian Berbasis Kelas merupakan jenis penilaan dari kurikulum berbasis kompetensi. KTSP dan K.13 merupakan jenis katagori kurikulum berbasis kompetensi, sebagai kurikulum berbasis kompetensi, Penilaian Berbasis Kelas itu sendiri intinya merupakan kegiatan penilaian yang dilaksanakan secara terpadu dalam kegiatan berguru mengajar yang dilakukan dengan mengumpulkan kerja siswa (portofolio), hasil karya (produk), penugasan (proyek), kinerja (performance), dan tes tertulis (paper and pen). Adapun Fokus dari penilaian berbasis kelas ini diarahkan pada penguasaan kompetensi (yang sudah dijabarkan dalam indikator) dan hasil berguru siswa sesuai dengan level pencapaian mereka.

Cakupan dari Penilaian Berbasis Kelas ini meliputi semua aktifitas/kegiatan pengumpulan informasi perihal pencapaian hasil berguru peserta didik dan pembuatan keputusan perihal hasil berguru mereka menurut informasi informasi tersebut. Adapun tehnik pengumpulan informasi dalam Penilaian Berbasis Kelas ini sanggup dilakukan di dalam atau di luar ruangan belajar, baik memakai aktualitas khusus atau tidak, contohnya untuk penilaian aspek sikap/nilai bisa dengan mengunakan tes ataupun non tes atau penilaian tersebut terintegrasi dalam seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan (dari awal, tengah, dan simpulan kagiatan pembelajaran). Namun sering dijumpai di sebagian sekolah dimana mereka terbiasa memakai istilah tes untuk kegiatan Penilaian Berbasis Kelas dengan alasan kemudahan/kepraktisan, alasannya yaitu tes sebagai alat ukur sangat simpel dipakai untuk melihat prestasi siswa dengan menghubungkan dengan tujuan yang telah ditentukan, terutama pada aspek domain kognitif.

Domain dan Alat Penilaian Berbasis Kelas
1. Ranah Kognitif
Ranah kognitif merupakan ranah berpikir (otak). Dalam taksonomi bloom dijabarkan bahwa ranah kognitif terdiri atas 6 (enam) jenjang dimanan setiap jenjang tersebut mempunyai tingkatan yang berbedadari yang rendah hingga ke jenjang yang tinggi. Ke-enam tingkatan tersebut yaitu : (1) Knowledge (Pengetahuan),  (2) Comprehension (Pemahaman), (3) Application (Penerapan), (4) Analysis (Analisis). (6) Syntesis (Sintesis/sintesa), dan (6) Evaluation (Penilaian). 

Adapun tujuan dari Penilaian ranah kognitif yaitu untuk mengukur penguasaan pemahaman terhadap konsep dasar keilmuan (goal) berupa materi-materi esensial sebagai konsep kunci dan prinsip utama. jadi untuk mempermudah penyampaian materi oleh guru beserta memudahkan penguasaan siswa secara tuntas, sebaiknya dipelukan penyususnan ranah pengetahuan dalam setipa konsep hidangan materi latih ajar apakah c1 c2 c3 c4 c5 ataupun ranah c6 sehingga konsep ilmu anak bukan hanya di ukur pada hapalan mereka saja. Teori taksinomi bloom ini terjadi perubahan Tepatnya Pada 2001, yang irevisi oleh Rin W. Andersoni David R. Krathwohl. Adapun jenis revisinya yaitu (1) remember, (2) understand, (3) apply, (4) analyze, (5) evaluate, dan (6) create. Akan tetapi dalam penerapannya hingga dengan kini ini, seprtinya penyempurnaah taksonomi bloom tersebut masih belum duterapkan secara maksimal alasannya yaitu masih terikatnya pemahaman guru terhadap teori taksonomi bloom sebelum masa revisi. 

2.Ranah Afektif
Sebagaimana yang sudah kita pahami jikalau ranah afektif merupakan ranah yang berafiliasi dengan sikap/kepribadian. Kita tahu bahwa sikap ataupun sikap seseorang sanggup berubah ketika mereka telah mempunyai penguasaan domain kognitif. Makara domain kognitif dan afektif ini mempunyai korelasi yang erat, ini akan tampak pada peserta didik dalam banyak sekali tingkah laku, seperti: perhatian terhadap pelajaran, rasa kepudulian sesama, kedisiplinan, motivasi belajar, rasa hormat dan lain lain.

Krathwohl dkk., meneglompokkan ranah afektif ini dalam lima pembagiandiataranya: (1) receiving (perhatian/ penerimaan), (2)  responding (tanggapan), (3) valuing (penilaian/penghargaan), (4) organization (pengorganisasianpengelompokan), dan (5) characterization by a value or value complex (karakterisasi terhadap suatu atau beberapa nilai). Adapun Penilaian ranah afektif ini meliputi tabiat sikap ibarat sikap, perasaan, minat, nilai dan emosi. Satu hal yang harus difahami jikalau Ranah afektif mempunyai tugas besar dalam memilih ketuntasan berguru peserta didik. Misalnya jikalau seorang peserta didik tidak mempunyai motivasi dalam mengikuti proses belajar, maka sebagai konsekwensinya mereka akan sulit untuk mencapai keberhasilan berguru mereka dan akan berbanding ternalik jikalau peserta didik mempunyai motivasi dan bersikap positif (hormat) terhadap pelajaran yang diikuti, maka secara otomatis sanggup dipastikan bahwa ia akan memfokuskan semua kemampuannya dalam mengikuti proses berguru tersebut untuk memperoleh nilai yang maksimal. Makara dalam ranah afektif ini, pendidik harus melaksanakan penilaian yang otimal lalu ditindak lanjuti dengan peningkatan terhadap kelemahan-kelemahan yang terdapat pada ranah afektif ini agar peserta didik akan termotivasi dengan sendirinya pada ketika mengikuti proses berguru yang disajikan di dalam kelas.

3.Ranah Psikomotor
Ranah Psikomotor yaitu yang berafiliasi dengan skill (keahlian melaksanakan sesuatu) atau kemampuan berbuatmelakukan sesudah mengikuti pengalaman berguru tertentu (peserta didik). Simpson (1956) menyebutkan bahwa hasil berguru domain psikomotor ini akan muncul  dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak pada peserta didik. Hasil berguru psikomotor merupakan kelanjutan dari berguru kognitif dan afektif, akan tampak sesudah siswa mengatakan sikap atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung pada kedua ranah tersebut dalam kehidupan siswa sehari-hari.

Secara umum, Ranah psikomotor dibagi dalam tujuh bab yaitu:
  1. Persepsi – perception (mampu menafsirkan rangsangan, peka terhadap rangsangan, menyeleksi obyek)
  2. set (mampu berkonsentrasi, menyiapkan diri secara fisik, emosi, dan mental)
  3. guided response (mampu menggandakan contoh, mencoba-coba,
  4. Gerakan terbiasa – mechanism (berketrampilan, berpegang pada pola, respons gres muncul dengan sendirinya)
  5. Gerakan kompleks – complex overt response (sangat terampil secara lancar, luwes supel, gesit, lincah)
  6. Penyesuaian pola gerakan – adaptation (mampu menyesuaikan diri, bervariasi, pemecahan masalah)
  7. Kreativitas/keaslian – creativity/origination (mampu membuat yang baru, berinisiatif). ( Bina Mitra. 2005)

Sumber http://www.pondok-belajar.com/
Buat lebih berguna, kongsi:

Trending Kini: