Fungsi, Peranan dan aspek Bahasa Dalam Pendidikan Sekolah. Kita telah memahami bersama bila bahasa mempunyai tugas sentral dalam perkembangan emosional intelektual, dan sosial, para penerima didik dan juga merupakan sebagai sarana penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua pelajaran di sekolah. Untuk itu, pembelajaran bahasa diperlukan sanggup membantu penerima didik untuk lebih mengenal budayanya ,dirinya, , dan budaya orang, untuk mengemukakan gagasan dan perasaan, ikut berpartisipasi dalam masyarakat yang memakai bahasa tersebut, serta memakai kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam diri penerima didik (potensi mereka).
![]() |
Fungsi, Peranan dan aspek Bahasa Dalam Pendidikan Sekolah |
Tujuan Pembelajaran bahasa Indonesia adalah untuk mengarahkan penerima didik dalam meningkatkan kemampuan mereka untuk sanggup berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar (lisan maupun tulis), disamping untuk menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesusastraan di Indonesia.
Sebenarnya, kemampuan berbahasa sangat erat hubungannya dengan kemampuan berpikir penerima didik. Karena bahasa seseorang sanggup mencerminkan pikirannya. Sebab semakin terampil seeseorang dalam berbahasa, maka semakin cerah dan terang pula jalan pikirannya dalam berpikir. Untuk itu, Keterampilan berbahasa ini hanya sanggup diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan dengan melaksanakan banyak latihan baik sendiri ataupun berkelompok. Melatih keterampilan menulis berarti juga melatih keterampilan berpikir.
Bahasa merupakan alat untuk memberikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Pikiran, gagasan, dan perasaan sanggup disampaikan melalui bahasa verbal dan bahasa tulis. Penyampaian perasaan, pikiran, dan gagasan memerlukan seperangkat pengetahuan, sehingga apa yang disampaikan sanggup dipahami oleh pembaca atau pendengar dengan baik. Pengetahuan itu juga membantu komunikator untuk menata bahasa secara logis dan sistematis.
Penataan perasaan, pikiran, dan gagasan secara logis dan sistematis secara kongkret sanggup dimanifestasikan dalam bentuk bahasa tulis. Penyampaian bahasa secara tertulis selain melalui kalimat, juga sanggup ditata dalam bentuk paragraf-paragraf. Mustakim (1994:113) menyatakan, ‘Secara kongkrit, isi paragraf hanya terdapat pada ragam bahasa tulis, lantaran jalinan kalimat yang membentuk sebuah paragraf hanya sanggup diidentifikasi dalam bentuk tertulis.’
Disamping itu, menulis juga merupakan salah satu aspek bahasa yang bersifat produktif bafi perseta didik. Karena melalui melalui menulis, seseorang akan lebih kreatif. Seorang penulis selain harus bisa mengekspresikan ide, gagasan, dan pikirannya juga harus mengetahui bagaimana cara menghubungkan banyak sekali fakta, membandingkan, dan sebagainya. Dengan perkataan lain, seorang penulis harus bisa mengekspresikan ide, pengalaman, dan perasaannya dalam bentuk tulisan, sehingga apa yang diketahui, dialami, dan dirasakan sanggup disampaikan dengan baik. Modal menulis selain pengetahuan perihal teori, membutuhkan pemikiran yang maksimal. Kesungguhan berpikir seorang penulis akan tercermin dalam tulisannya. Hal ini juga dikemukakan oleh Akhadiah (1994:143) sebagai berikut.
Kita tahu bahwa Kemampuan berbahasa sangat erat hubungannya dengan kemampuan berpikir seseorang. Bahasa seseorang mencerminkan pikiran dan pengetahuannya. Jika Semakin terampil seseorang dalam berpikir, maka semakin cerah dan terang pula jalan pikirannya. Kemampuan ini sanggup diperoleh dengan latihan intensif dan bimbingan yang sistematis.
Pengetahuan dan kemampuan berpikir yang dimiliki oleh seseorang juga belum menjamin untuk bisa menulis secara baik dan sistematis. Banyak orang yang mempunyai gagasan yang cemerlang, tetapi merasa susah menyampaikannya kepada orang lain. Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuannya dalam mengurutkan ide-ide atau gagasan-gagasan secara logis dan sistematis dalam satu kesatuan bahasa.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang SMP/MTs, pembelajaran bahasa Indonesia ditekankan pada aspek keterampilan. Penekanan ini dimaksudkan biar siswa bisa berkomunikasi dengan memakai bahasa Indonesia yang baik dan benar. Siswa diperlukan terampil berbahasa, baik reseptif maupun produktif. Keterampilan reseptif meliputi keterampilan menyimak dan membaca. Keterampilan produktif meliputi keterampilan menulis dengan berbicara.
Agar siswa terampil berbahasa secara reseptif dan produktif, dalam pembelajaran guru hendaknya sanggup memperlihatkan kesempatan lebih banyak kepada siswa berlatih memakai bahasa. Artinya pembelajaran tidak semata-mata diarahkan pada pembekalan pengetahuan perihal bahasa. Pengetahuan perihal bahasa tidak akan banyak keuntungannya bila tidak dipakai dalam kenyataan berbahasa baik aktivitas berbahasa yang bersifat reseptif maupun aktivitas berbahasa yang bersifat produktif.
Dalam pembelajaran menulis paragraf narasi, siswa diarahkan untuk sanggup menceritakan suatu objek secara tepat. Tulisan yang dijalin dalam paragraf narasi sanggup mengarahkan pembaca seolah-olah mengetahui objek yang digambarkan itu secara nyata. Jika pemahaman pembaca sudah hingga pada taraf yang demikian, ini berarti goresan pena yang dijalin dalam paragraf narasi sudah mencapai tujuannya. Dengan kata lain sudah terjalin komunikasi yang baik antara penulis dan pembaca.
Pembelajaran menulis narasi sederhana sudah dimulai semenjak Sekolah Dasar. Pembelajaran ini dipertajam lagi di SMP. Tentang menulis deskripsi di SD terlihat pada Kompetensi Dasar perihal penulisan sebuah paragraf dengan menceritakan sebuah benda menurut gambar. Kompetensi Dasar di Sekolah Menengah Pertama perihal menulis sebuah paragraf narasi dengan gagasan utama terdapat di awal paragraf. Atas dasar inilah penelitian ini dilakukan. Dengan demikian, hasil penelitian ini akan sanggup memperlihatkan citra perihal proses dan hasil pembelajaran menulis paragraf narasi, khususnya pada jenjang SMP/MTs.
Terkait dengan keterangan menulis sebagai keterangan berbahasa yang bersifat produktif, dalam silabus pelajaran bahasa Indonesia jenjang SMP/MTs, terdapat sejumlah Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pembelajaran menulis, yaitu:
1. Menulis gagasan dengan memakai referensi urutan waktu dan daerah dalam bentuk paragraf naratif.
2. Dapat Menulis hasil observasi dalam bentuk paragraf deskriptif
3. Dapat Menulis gagasan secara logis dan sistematis dalam bentuk ragam paragraf ekspositif
4. Menulis gagasan untuk mendukung suatu pendapat dalam bentuk paragraf argumentatif
5. Dapat Menulis gagasan untuk meyakinkan atau mengajak pembaca bersikap atau melaksanakan sesuatu dalam bentuk paragraf persuasi
6. Menulis hasil wawancara ke dalam beberapa paragraf dengan memakai ejaan yang tepat
7. Menemukan perbedaan paragraf induktif dan deduktif melalui aktivitas membaca intensif
8. Menentukan kalimat kesimpulan (ide pokok) dari banyak sekali referensi paragraf induksi, deduksi dengan membaca intensif
9. Menulis karangan menurut topik tertentu dengan referensi pengembangan deduktif dan induktif
Mengingat salah satu tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berlaku remaja ini, adalah pembelajaran lebih mengarah pada hal-hal yang akrab dengan lingkungan anak, penulis mengarahkan penelitian ini pada pemahaman siswa terhadap budaya lokal.
Sumber http://www.pondok-belajar.com/
Buat lebih berguna, kongsi: