Loading...

√ Pembelajaran Apresiasi Puisi Dengan Model Sanggar Sastra

Pembelajaran Apresiasi Puisi dengan Model Sanggar Sastra. Sanggar sastra sebagai wadah kegiatan sastra mempunyai tujuan untuk memberdayakan sastra dan ingin memompa sastra supaya lebih berkualitas. Melalui sanggar sastra, aspirasi dari setiap siswa akan terkover dan mempunyai daerah untuk menuangkan dan mengapresiasi karya sastra di dalam sanggar sastra. Sanggar sastra ialah bingkai komunitas yang mempunyai kegiatan yang sejalan untuk memberdayakan sastra, antara lain; membuat karya sastra, menampilkan karya sastra, mengapresiasi karya sastra, bereksperimen sastra, dan lain-lain.
Pembelajaran Apresiasi Puisi dengan Model Sanggar Sastra √ Pembelajaran Apresiasi Puisi dengan Model Sanggar Sastra
Pembelajaran Apresiasi Puisi dengan Model Sanggar Sastra

Sanggar sastra berfungsi sebagai daerah untuk bertukar pikiran, ilmu, dan segala wawasan dalam hal pengembangan sastra. Di dalam sanggar sastra, siswa akan saling berdiskusi, saling membahas, saling mengkritik, dan lain-lain untuk kemajuan kerja kreatif masing-masing. Konteks ini mengandung pesan bahwa sanggar sastra tidak jauh berbeda dengan sebuah perguruan; di dalamnya ada kontak acara pembina dengan anggota.
Visi dan misi sanggar sastra cukup terang dan terang. Visi yang dikedepankan ialah mengadakan gerakan watak kesastraan untuk meningkatkan peran sastra (Endraswara 2003:94). Visi semacam ini lebih diarahkan untuk mewadahi para anggota yang mempunyai impian untuk berlatih, membina, dan membuatkan kesastraan. Sanggar sastra lebih memupuk acara kreativitas sastra menuju masa depan yang lebih cerah. 
Misi yang diemban setiap sanggar berbeda-beda satu dengan yang lain. Misi tersebut tergantung lokasi dan jangkauan masing-masing sanggar. Namun, secara umum misi sanggar sanggup dikemukakan sebagai berikut (Endraswara 2003:94-95).
1) Pembenahan keadaan, perencanaan, dan pelaksanaan acara sanggar untuk meningkatkan kualitas sastra.
2) Menumbuhkan kerjasama antarlembaga sastra dengan tujuan untuk meningkatkan peran sastrawan.
3) Ikut membantu program-program pemerintah khususnya bidang pendidikan humaniora, kesastraan, dan kebudayaan untuk menyambut kehidupan yang sejahtera.
4) Untuk meningkatkan dan menghidupkan sanggar diupayakan aktivitas;
  1. Menggalakkan minat baca karya sastra dengan membuat kelompok-kelompok pembaca sastra berdasarkan genrenya
  2. Menerbitkan buku-buku sastra yang sistematis
  3. Menyelenggarakan penataran dan lokakarya bagi pengarang dan sayembara-sayembara, serta penulisan jurnalisme sastra,
  4. Mengelola perpustakaan sastra.
Baik visi maupun misi sanggar tentu ada klasifikasi dan langkah-langkah untuk mencapainya. Pelaksanaan visi dan misi biasanya telah dirancang oleh pengurus yang dibuat bersama. Sanggar ialah kegiatan yang tidak mengedepankan aspek material, melainkan lebih mendorong ke arah spiritual. Kepuasan batin ialah yang lebih banyak mewarnai kegiatan sanggar sastra. Oleh alasannya itu, sanggar sastra tidak mengenal jam pelajaran (batas waktu) dan daerah yang khusus. Apabila proses demikian diterapkan di sekolah, tugas guru amat diharapkan dalam membina siswa untuk berpartisipasi dalam sanggar. Sanggar sanggup dijadikan kegiatan ekstrakurikuler  agar siswa semakin leluasa berolah sastra. Namun, sanggup juga dimasukkan ke dalam kegiatan kurikuler untuk membuatkan kemampuan siswa dalam berolah sastra. 

Strategi Sanggar Sastra
Kegiatan sanggar sastra dilakukan secara sederhana, melalui penggalangan dalam pentas sastra, melalui penerbitan karya nyata, dan sebagainya. Hal ini sanggup dilakukan di sekolah dengan cara menggalang anggota sanggar secara sukarela. Pada umumnya kalau sanggar sastra dikelola oleh sekolah dan dipimpin pribadi oleh guru, hampir semua siswa akan ikut aktif. 
Kegiatan-kegiatan sanggar sastra terangkum ke dalam seni administrasi training kreativitas, mulai pembacaan, apresiasi, cipta sastra, dan kritik sastra. Secara garis besar, kegiatan itu sanggup dilihat sebagai berikut:

1) Diskusi, sarasehan, ceramah, bedah buku sastra, terlebih lagi membicarakan karya para anggota sanggar sastra. Pembicara tidak harus dari luar anggota sanggar, tetapi sanggup diambil dari teman sendiri.

2) Lokakarya penciptaan sastra dan pementasan. Latihan pentas dan baca sastra di panggung dilakukan terutama menjelang peringatan hari besar dan tutup tahun/ semester.

3) Pentas dan baca sastra melalui media elektronik, yaitu untuk mengisi siaran radio swasta terdekat.

4) Penerbitan lembar komunikasi sastra dan majalah sastra. Media ini diterbitkan sendiri secara terbatas dan dana kecil-kecilan. Yang penting sosialisasi karya tersebar luas.

5) Berkunjung, wisata, kemping sastra, ziarah sastra, dengan tujuan untuk eksplorasi kreatif.

6) Mengikuti lomba-lomba sastra, dengan cara memacu anggota untuk mengikuti banyak sekali perlombaan. Jika mereka ada yang menang, kemudian diminta berbicara di tengah-tengah anggota sanggar untuk menjelaskan proses kreatifnya. Penerbitan buku atau antologi karya anggota sanggar.
(Endraswara 2003: 97)

Kompetensi Sanggar Sastra di Sekolah
Sanggar sastra sanggup dijadikan salah satu alternatif pengajaran KTSP sastra yang sanggup meningkatkan kemampuan siswa terhadap karya sastra secara mendalam. Melalui  sanggar sastra, siswa juga diajak mengelola organisasi berjulukan sanggar sastra. Sanggar sastra di samping sebagai model pengajaran juga akan menanamkan tata cara berorganisasi secara estetis. Jika guru bisa membentuk sanggar sastra di sekolah tentu akan menambah wawasan estetis siswa. Sanggar termasuk kegiatan ekstrakurikuler, tetapi sanggup secara pribadi dikaitkan dengan pokok bahasan sastra dalam kegiatan kurikuler lantaran dalam KTSP sastra, sesungguhnya batas kurikuler dan ekstrakurikuler bahwasanya tipis sekali dan saling mengisi. Jika sanggar sastra tersebut berada dalam kegiatan ekstra, justru pengajar akan lebih leluasa untuk memasukkan figur lain di luar sekolah untuk ikut andil dalam pengajaran. Sanggar juga lebih leluasa untuk melaksanakan eksplorasi dan pentas-pentas di luar sekolah sebagai salah satu wujud faktual hasil pengajaran. Berdasarkan hal tersebut, kompetensi yang seharusnya dimiliki oleh siswa dengan adanya sanggar sastra di sekolah antara lain sebagai berikut:

1) Siswa bisa mengelola sanggar sastra sebagai aset acara estetis berupa keterampilan berolah sastra.

2) Siswa mengikuti sanggar sastra tanpa ada paksaan, didorong oleh kesadaran diri bahwa pengalaman sastra secara pribadi akan diperoleh di dalamnya.

3) Siswa sanggup melaksanakan pentas sastra dalam situasi apa pun, menyerupai mengisi siaran radio, mengisi peringatan hari besar nasional, dan gemar mengikuti lomba-lomba sastra.

4) Siswa bisa menghasilkan produk sastra secara rutin dan berkualitas.

Jika keempat kompetensi di atas sanggup terpenuhi, akan sanggup menjadi catatan guru dalam memperlihatkan evaluasi akhir. Siswa yang berkali-kali dalam setiap semester mengikuti atau mengisi acara sastra, baik di sekolah maupun di luar sekolah tentu akan menerima nilai plus.


Sumber http://www.pondok-belajar.com/
Buat lebih berguna, kongsi:

Trending Kini: