Loading...

√ Pola Makalah Sejarah Perihal Usaha Bersenjata Dan Diplomasi Bangsa Indonesia


MAKALAH SEJARAH
“PERJUANGAN BERSENJATA DAN DIPLOMASI”



Di susun oleh :
1. Alvina Tianda Saputri (02)
2. Ana Kristina (03)
3. Aulia Indra Sari (04)
4. Fatimah (12)
5. Mega Mardia Sugianto (17)
6. Wijanarko Putra Rajeb (32)
SMA NEGERI KESAMBEN
XI IPA 1
TAHUN AJARAN 2015-2016

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, kami panjatkan puji Syukur Kehadirat Allah swt Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Berkat rahmat, hidayah, dan Inayah Allah SWT. Kami sanggup menyelesikan makalah “ Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia di Berbagai Daerah ” ini sebagaimana kiprah yang telah diberikan.
Pada kesempatan ini tidak lupa kami sampailan ucapan terima kasih kepada Ibu. selaku guru mata pelajaran sejarah, yang senantiasa membimbing dan menyumbangkan ilmunya kepada kami. Tak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman dan juga semua pihak yang telah membantu menuntaskan kiprah ini.
Penyusun juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan, kekeliruan, dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh lantaran itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran atas penulisan makalah ini selanjutnya.
Semoga makalah ini sanggup memperlihatkan manfaat kepada pembaca.
Jombang, 30 Maret 2016
Kelompok




DAFTAR ISI
Kata Pengantar1
Daftar Isi2
Bab I Pendahuluan3
1.1 Latar Belakang3
1.2 Tujuan3
1.3 Rumusan Masalah3
Bab II Pembahasan4
2.1 Latar Belakang Perjuangan Kemerdekaan Indonesia4
2.2 Bentuk Perjuangan Bangsa Indonesia dalam Mempertahankan Kemerdekaan 5
2.2.1 Perjuangan Fisik ( usaha bersenjata)5
2.2.2 Perjuangan Diplomasi (Perundingan)13
Bab III Kesimpulan dan Penutup20
Daftar Pustaka21



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejarah panjang usaha bangsa Indonesia telah mencapai puncaknya dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Waktu itu Jepang mengalami kekalahan dengan sekutu, sehingga keadaan ini dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh bangsa Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya. Dengan proklamasi inilah Negara Indonesia terlahir.
Sebagai Negara yang gres saja terbentu, tentunya Indonesia masih rentan dengan penjajahan bangsa absurd maupun pemberontakan bangsa sendiri. Kemerdekaan bangsa Indonesia yang gres sebentar ini mendapatkan gangguan dari Belanda. Awalnya bangsa Indonesia menyabut baik kedatangan Belanda, namum setelah mengetahui Belanda diboncengi Sekutu, rakyat Indonesia merasa terganggu. Dari situlah mulai terjadi perlawanan diberbagai tempat di Indonesia. Perlawanan bangsa Indonesia ini dikalukan secara fisik maupun secara diplomasi.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui upaya yang dilakukan rakyat indonesa untuk mempertahankan kemerdekaan indonesa dengan cara usaha bersenjata dan diplomasi .

1.3 Rumusan Masalah
1. Apa saja upaya yang dilakukan rakyat Indonesa untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesa dengan cara usaha bersenjata dan diplomasi ?.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Latar Belakang Perjuangan Kemerdekaan Indonesia
Semenjak Jepang mengalah tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945 maka secara aturan tidak lagi berkuasa di Indonesia. Hal ini menjadikan Indonesia berada dalam keadaan vacum of power (tidak ada pemerintah yang berkuasa) dan waktu itu dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh bangsa Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya. Pada tanggal 10 September 1945 Panglima Bala Tentara Kerajaan Jepang di Jawa mengumumkan bahwa pemerintahan akan diserahkan pada Sekutu bukan pada pihak Indonesia. Dan pada tanggal 14 September 1945 Mayor Greenhalg perwirwa Sekutu tiba ke Jakarta untuk mempelajari dan melaporkan keadaan di Indonesia menjelang pendaratan rombongan Sekutu.
Pada tanggal 29 September 1945 Sekutu tiba mendarat di Jakarta dan bertugas melucuti tentara jepang. Tugas ini dilakukan oleh Komando Pertahanan Sekutu di Asia Tenggara yang berjulukan South East Asia Command (SEAC) di bawah pimpinan Lord Louis Mountbatten yang berpusat di Singapura. Untuk melaksanakan kiprah itu, Mountbatten membentuk suatu komando khusus yang diberi nama Allied Forces Natherland East Indies (AFNEI) di bawah pimpinan Letnan Jendral Sir Philip Chirstison. Adapun kiprah AFNEI :
1. Melindungi dan menjalankan pemindahan tawanan perang dan orang interniran.
2. Melucuti tentara Jepang dan mengembalikannya.
3. Menegakkan dan mempertahankan keadaan hening untuk kemudian diserahkan kepada pemerintah sipil.
4. Menghimpun keterangan wacana penjahat perang.
Dalam menjalankan misiya di Indonesia, AFNEI hanya berkonsentrasi kiprah di Jawa dan Sumatera. Terbagi dalam 3 divisi,yaitu :
1. 23 tahun Indian Division dibawah komando Mayor Jendral D.C Hawthorn (divisi ini berlokasi di Jawa Barat)
2. 5 tahun Indian Division,di bawah komando Mayor Jendral E.C Mansergh (divisi ini berlokasi di Jawa Timur)
3. 26 tahun Indian Division,di bawah komando Mayor Jendral H.M Chambers (divisi ini berlokasi di Sumatera)
Sementara daerah-daerah Indonesia lainnya di di pegang tentara Australia-turut bergabung dalam tentara sekutu. Awalnya rakyat Indonesia, menyambut besar hati kedatangan tentara Sekutu. Namun, ketika diketahui bahwa tentara Sekutu membawa NICA (Nederland Indies Civil Administration) yang ingin menengakkan kembali kekuasaan kolonial Hindia Belanda, rakyat Indonesia mengambil perilaku bermusuhan. Sikap ini mempunyai dasar mengusut Civil Affair Agreement (perjanjian sipil) antara pemerintah Inggris dengan Belanda di Chequers (dekat London), tertanggal 24 Agustus 1945 menyebutkan yang diperbolehkan mendarat di Indonesia hanyalah tentara Inggris.

2.2 Bentuk Perjuangan Bangsa Indonesia dalam Mempertahankan Kemerdekaan

2.2.1 Perjuangan Fisik ( usaha bersenjata)

Ternyata kedatangan tersebut merugikan Indonesia dan menimbulkan reaksi di banyak sekali tempat di Indonesia menyerupai :
a) Pertemuan Surabaya 10 November 1945
Pada tanggal 25 Oktober 1945 Brigade 49 di bawah pimpinan Brigadir Jenderal A W.S. Mallaby mendarat di pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Brigadir ini merupakan serpihan dari Divisi India ke-23, dibawah pimpinan Jenderal D.C. Hawthorn. Mereka menerima kiprah melucuti tentara Jepang dan menyelamatkan tawanan Sekutu. Pasukan ini berkekuatan 6000 personil di mana perwira-perwiranya kebanyakan orang-orang Inggris dan prajuritnya orang-orang Gurkha dari Nepal yang telah berpengalaman perang. Rakyat dan pemerintah Jawa Timur di bawah pimpinan Gubernur R.M.T.A Suryo semula enggan mendapatkan kedatangan Sekutu. Kemudian antara wakil-wakil pemerintah RI dan Birgjen AW.S.
Mallaby mengadakan pertemuan yang menghasilkan kesepakatan sebagai berikut.
1. Inggris berjanji mengikutsertakan Angkatan Perang Belanda.
2. Disetujui kolaborasi kedua belah pihak untuk menjamin keamanan dan ketenteraman.
3. Akan dibuat kontak distributor biar kolaborasi berjalan lancar.
4. Inggris hanya akan melucuti senjata Jepang.
Pada tanggal 26 Oktober 1945 pasukan Sekutu melanggar kesepakatan terbukti melaksanakan penyergapan ke penjara Kalisosok. Mereka akan membebaskan para tawanan Belanda di antaranya ialah Kolonel Huiyer. Tindakan ini dilanjutkan dengan penyebaran pamflet yang berisi perintah biar rakyat Surabaya menyerahkan senjata-senjata mereka. Rakyat Surabaya dan TKR bertekad untuk mengusir Sekutu dari bumi Indonesia dan tidak akan menyerahkan senjata mereka. Kontak senjata antara rakyat Surabaya melawan Inggris terjadi pada tanggal 27 Oktober 1945. Para perjaka dengan usaha yang gigih sanggup melumpuhkan tank-tank Sekutu dan berhasil menguasai objek-objek vital.
Strategi yang dipakai rakyat Surabaya ialah dengan mengepung dan menghancurkan pemusatan-pemusatan tentara Inggris kemudian melumpuhkan hubungan logistiknya. Serangan tersebut mencapai kemenangan yang gemilang walaupun di pihak kita banyak jatuh korban. Pada tanggal 29 Oktober 1945 Bung Karno beserta Jenderal D.C. Hawthorn tiba di Surabaya.
Dalam negosiasi antara pemerintah RI dengan Mallaby dicapai kesepakatan untuk menghentikan kontak senjata. Kesepakatan ini dilanggar oleh pihak Sekutu. Dalam salah satu insiden, Jenderal Mallaby terbunuh. Dengan terbunuhnya Mallaby, pihak Inggris menuntut pertanggungjawaban kepada rakyat Surabaya. Pada tanggal 9 November 1945 Mayor Jenderal E.C. Mansergh sebagai pengganti Mallaby mengeluarkan ultimatum kepada bangsa Indonesia di Surabaya. Ultimatum itu isinya biar seluruh rakyat Surabaya beserta pemimpin-pemimpinnya menyerahkan diri dengan senjatanya, mengibarkan bendera putih, dan dengan tangan di atas kepala berbaris satu-satu. Jika pada pukul 06.00 ultimatum itu tidak diindahkan maka Inggris akan mengerahkan seluruh kekuatan darat, laut, dan udara. Ultimatum ini dirasakan sebagai penghinaan terhadap martabat bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang cinta hening tetapi lebih cinta kemerdekaan.
Oleh lantaran itu rakyat Surabaya menolak ultimatum tersebut secara resmi melalui pernyataan Gubernur Suryo. Karena penolakan ultimatum itu maka meletuslah pertempuran pada tanggal 10 Nopember 1945. Melalui siaran radio yang dipancarkan dari Jl. Mawar No.4 Bung Tomo aben semangat juang arek-arek Surabaya. Kontak senjata pertama terjadi di Perak hingga pukul 18.00. Pasukan Sekutu di bawah pimpinan Jenderal Mansergh mengerahkan satu Divisi infantri sebanyak 10.000 - 15.000 orang dibantu tembakan dari bahari oleh kapal perang penjelajah “Sussec” serta pesawat tempur “Mosquito” dan “Thunderbolt”.
Setiap tanggal 10 November bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan. Hal ini sebagai penghargaan atas jasa para jagoan di Surabaya yang mempertahankan tanah air Indonesia dari kekuasaan asing.


gambar a. Penyobekan bendera belanda di hotel yamato dan b. Gambar Bung Tomo.

b) Pertempuran Ambarawa
Palagan Ambarawa ialah sebuah insiden perlawanan rakyat terhadap Sekutu yang terjadi di Ambarawa, sebelah selatan Semarang, Jawa Tengah.
Kronologi peristiwa
Pada tanggal 20 Oktober 1945, tentara Sekutu di bawah pimpinan Brigadir Bethell mendarat di Semarang dengan maksud mengurus tawanan perang dan tentara Jepang yang berada di Jawa Tengah. Kedatangan sekutu ini diboncengi oleh NICA. Kedatangan Sekutu ini mulanya disambut baik, bahkan Gubernur Jawa Tengah Mr Wongsonegoro menyepakati akan menyediakan materi makanan dan keperluan lain bagi kelancaran kiprah Sekutu, sedang Sekutu berjanji tidak akan mengganggu kedaulatan Republik Indonesia.
Namun, ketika pasukan Sekutu dan NICA telah hingga di Ambarawa dan Magelang untuk membebaskan para tawanan tentara Belanda, para tawanan tersebut malah dipersenjatai sehingga menimbulkan kemarahan pihak Indonesia. Insiden bersenjata timbul di kota Magelang, hingga terjadi pertempuran. Di Magelang, tentara Sekutu bertindak sebagai penguasa yang mencoba melucuti Tentara Keamanan Rakyat dan menciptakan kekacauan. TKR Resimen Magelang pimpinan Letkol. M. Sarbini membalas tindakan tersebut dengan mengepung tentara Sekutu dari segala penjuru. Namun mereka selamat dari kehancuran berkat campur tangan Presiden Soekarno yang berhasil menenangkan suasana. Kemudian pasukan Sekutu secara rahasia meninggalkan Kota Magelang menuju ke benteng Ambarawa. Akibat insiden tersebut, Resimen Kedu Tengah di bawah pimpinan Letkol. M. Sarbini segera mengadakan pengejaran terhadap mereka. Gerakan mundur tentara Sekutu tertahan di Desa Jambu lantaran dihadang oleh pasukan Angkatan Muda di bawah pimpinan Oni Sastrodihardjo yang diperkuat oleh pasukan adonan dari Ambarawa, Suruh dan Surakarta.
Tentara Sekutu kembali dihadang oleh Batalyon I Soerjosoempeno di Ngipik. Pada ketika pengunduran, tentara Sekutu mencoba menduduki dua desa di sekitar Ambarawa. Pasukan Indonesia di bawah pimpinan Letkol. Isdiman berusaha membebaskan kedua desa tersebut, namun ia gugur terlebih dahulu. Sejak gugurnya Letkol. Isdiman, Komandan Divisi V Banyumas, Kol. Soedirman merasa kehilangan seorang perwira terbaiknya dan ia eksklusif turun ke lapangan untuk memimpin pertempuran. Kehadiran Kol. Soedirman memperlihatkan napas gres kepada pasukan-pasukan RI. Koordinasi diadakan di antara komando-komando sektor dan pengepungan terhadap musuh semakin ketat. Siasat yang diterapkan ialah serangan pendadakan serentak di semua sektor. Bala pertolongan terus mengalir dari Yogyakarta, Solo, Salatiga, Purwokerto, Magelang, Semarang, dan lain-lain.
Tanggal 23 November 1945 ketika matahari mulai terbit, mulailah tembak-menembak dengan pasukan Sekutu yang bertahan di kompleks gereja dan kerkhop Belanda di Jl. Margo Agoeng. Pasukan Indonesia terdiri dari Yon. Imam Adrongi, Yon. Soeharto dan Yon. Soegeng. Tentara Sekutu mengerahkan tawanan-tawanan Jepang dengan diperkuat tanknya, menyusup ke tempat kedudukan Indonesia dari arah belakang, lantaran itu pasukan Indonesia pindah ke Bedono


Gambar Kolonel Sudirman


Gambar Kolonel Isdiman.

c) Pertempuran Medan Area
Berita Proklamasi Kemerdekaan gres hingga di Medan pada tanggal 27 Agustus 1945. Hal ini disebabkan sulitnya komunikasi dan adanya sensor dari tentara Jepang. Berita tersebut dibawa oleh Mr. Teuku M. Hasan yang diangkat menjadi Gubernur Sumatra. Ia ditugaskan oleh pemerintah untuk menegakkan kedaulatan Republik Indonesia di Sumatera dengan membentuk Komite Nasional Indonesia di wilayah itu. Pada tanggal 9 Oktober 1945 pasukan Sekutu mendarat di Sumatera Utara di bawah pimpinan Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly.
Serdadu Belanda dan NICA ikut membonceng pasukan ini yang dipersiapkan mengambil alih pemerintahan. Pasukan Sekutu membebaskan para tawanan atas persetujuan Gubernur Teuku M. Hassan. Para bekas tawanan ini bersikap congkak sehingga mengakibatkan terjadinya insiden di beberapa tempat.
Achmad Tahir, seorang bekas perwira tentara Sukarela memelopori terbentuknya TKR Sumatra Tirnur. Pada tanggal l0 Oktober 1945. Di samping TKR, di Sumatera Timur terbentuk Badan-badan usaha dan laskar-laskar partai.
Pada tanggal 18 Oktober 1945 Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly memperlihatkan ultimatum kepada perjaka Medan biar menyerahkan senjatanya. Aksi-aksi teror mulai dilakukan oleh Sekutu dan NICA. Pada tanggal 1 Desember 1945 Sekutu memasang papan-papan yang bertuliskan Fixed Boundaries Medan Area di banyak sekali sudut pinggiran kota Medan. Mereka dengan gigih membalas setiap aksi yang dilakukan pihak Inggris dan NICA. Pada tanggal 10 Desember 1945 pasukan Sekutu melancarkan serangan militer secara besar-besaran dengan menggunakan pesawat-pesawat tempur. Pada bulan April 1946 pasukan Inggris berhasil mendesak pemerintah RI ke luar Medan. Gubernur, Markas Divisi TKR, Walikota RI pindah ke Pematang Siantar. Walaupun belum berhasil menghalau pasukan Sekutu, rakyat Medan terus berjuang dengan membentuk Laskar Rakyat Medan Area.
Selain di tempat Medan, di daerah-daerah sekitarnya juga terjadi perlawanan rakyat terhadap Jepang, Sekutu, dan Belanda. Di Padang dan Bukittinggi pertempuran berlangsung semenjak bulan November 1945. Sementara itu dalam waktu yang sama di Aceh terjadi pertempuran melawan Sekutu. Dalam pertempuran ini Sekutu memanfaatkan pasukan-pasukan Jepang untuk menghadapi perlawanan rakyat sehingga pecah pertempuran yang dikenal dengan insiden Krueng Panjol Bireuen.
Pertempuran di sekitar Langsa Kuala Simpang Aceh semakin sengit ketika pihak rakyat dipimpin eksklusif oleh Residen Teuku Nyak Arif. Dalam pertempuran ini p0juang kita berhasil mengusir Jepang. Dengan demikian di seluruh Sumatera rakyat bersama pemerintah membela dan mempertahankan kemerdekaan.


d) Pertempuran Bandung Lautan Api

Pada tanggal 17 Oktober 1945 pasukan Sekutu mendarat di Bandung. Pada waktu itu para perjaka dan p0juang di kota Bandung sedang gencar-gencarnya merebut senjata dan kekuasaan dari tangan Jepang. Oleh Sekutu, senjata dari hasil pelucutan tentara Jepang supaya diserahkan kepadanya. Bahkan pada tanggal 21 November 1945, Sekutu mengeluarkan ultimatum biar kota Bandung serpihan utara dikosongkan oleh pihak Indonesia paling lambat tanggal 29 November 1945 dengan alasan untuk menjaga keamanan. Oleh para p0juang, ultimatum tersebut tidak diindahkan sehingga semenjak ketika itu sering terjadi insiden dengan pasukan-pasukan Sekutu.
Sekutu mengulangi ultimatumnya pada tanggal 24 Maret 1946 yakni biar TRI meninggalkan kota Bandung. Dengan adanya ultimatum ini, pemerintah Republik Indonesia di Jakarta menginstruksikan biar TRI mengosongkan kota Bandung, akan tetapi dari markas TRI di Yogyakarta menginstruksikan biar kota Bandung tidak dikosongkan. Akhirnya, para p0juang Bandung meninggalkan kota Bandung walaupun dengan berat hati. Sebelum meninggalkan kota Bandung terlebih dahulu para p0juang Republik Indonesia menyerang ke arah kedudukan-kedudukan Sekutu sambil membumihanguskan kota Bandung serpihan Selatan. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan Bandung Lautan Api.

e) Pertempuran Lima Hari di Semarang.
Pada tanggal 15-20 Oktober 1945 di Semarang terjadi pertempuran andal antara p0juang Indonesia dengan tentara Jepang. Peristiwa ini diawali dengan adanya desas-desus bahwa cadangan air minum di Candi, Semarang diracun oleh Jepang. Untuk pertanda kebenarannya, Dr. Karyadi, kepala laboratorium Pusat Rumah Sakit Rakyat melaksanakan pemeriksaan. Pada ketika melaksanakan pemeriksaan, ia ditembak oleh Jepang sehingga gugur. Dengan gugurnya Dr. Karyadi kemarahan rakyat khususnya perjaka tidak sanggup dihindarkan dan terjadilah pertempuran yang menimbulkan banyak korban jiwa. Untuk mengenang insiden itu, di Semarang didirikan Tugu Muda. Untuk mengenang jasa Dr. Karyadi diabadikan menjadi nama sebuah Rumah Sakit Umum di Semarang.

Gambar suasana di Semarang.

f) Pertempuran Margarana di Bali
Munculnya puputan Margarana sendiri bermula dari Perundingan Linggarjati. Pada tanggal 10 November 1946, Belanda melaksanakan negosiasi linggarjati dengan pemerintah Indonesia. Salah satu isi dari negosiasi Linggajati ialah Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan yang mencakup Sumatera, Jawa, dan Madura. Selanjutnya Belanda diharuskan sudah meninggalkan tempat de facto paling lambat tanggal 1 Januari 1949.
Pada tanggal 2 dan 3 Maret 1949 Belanda mendaratkan pasukannya kurang lebih 2000 tentara di Bali yang diikuti oleh tokoh-tokoh yang memihak Belanda. Tujuan dari pendaratan Belanda ke Bali sendiri ialah untuk menegakkan berdirinya Negara Indonesia Timur. Pada waktu itu Letkol I Gusti Ngurah Rai yang menjabat sebagai Komandan Resiman Nusa Tenggara sedang pergi ke Yogyakarta untuk mengadakan konsultasi dengan Markas tertinggi TRI, sehingga beliau tidak mengetahui wacana pendaratan Belanda tersebut.
Di ketika pasukan Belanda sudah berhasil mendarat di Bali, perkembangan politik di pusat Pemerintahan Republik Indonesia kurang menguntungkan akhir negosiasi Linggajati, di mana pulau Bali tidak diakui sebagai serpihan wilayah Republik Indonesia. Pada umumnya Rakyat Bali sendiri merasa kecewa terhadap isi negosiasi tersebut lantaran mereka merasa berhak masuk menjadi serpihan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Terlebih lagi ketika Belanda berusaha membujuk Letkol I Gusti Ngurah Rai untuk diajak membentuk Negara Indonesia Timur. Untung saja undangan tersebut ditolak dengan tegas oleh I Gusti Ngurah Rai, bahkan dijawab dengan perlawanan bersenjata Pada tanggal 18 November 1946. Pada ketika itu I Gusti Ngurah Rai bersama pasukannya Ciung Wanara Berhasil memperoleh kemenangan dalam penyerbuan ke tangsi NICA di Tabanan.
Karena geram, kemudian Belanda mengerahkan seluruh kekuatannya di Bali dan Lombok untuk menghadapi perlawanan I Gusti Ngurah Rai dan Rakyat Bali. Selain merasa geram terhadap kekalahan pada pertempuran pertama, ternyata pasukan Belanda juga kesal lantaran adanya konsolidasi dan pemusatan pasukan Ngurah Rai yang ditempatkan di Desa Adeng, Kecamatan Marga, Tabanan, Bali. Setelah berhasil mengumpulkan pasukannya dari Bali dan Lombok, kemudian Belanda berusaha mencari pusat kedudukan pasukan Ciung Wanara.
Pada tanggal 20 November 1946 I Gusti Ngurah Rai dan pasukannya (Ciung Wanara), melaksanakan longmarch ke Gunung Agung, ujung timur Pulau Bali. Tetapi tiba-tiba di tengah perjalanan, pasukan ini dicegat oleh serdadu Belanda di Desa Marga, Tabanan, Bali.
Tak pelak, pertempuran sengit pun tidak sanggup diindahkan. Sehingga sontak tempat Marga yang ketika itu masih dikelilingi ladang jagung yang tenang, bermetamorfosis pertempuran yang menggemparkan dan mendebarkan bagi warga sekitar. Bunyi letupan senjata tiba-tiba serentak mengepung ladang jagung di tempat perbukitan yang terletak sekitar 40 kilometer dari Denpasar itu.
Pasukan perjaka Ciung Wanara yang ketika itu masih belum siap dengan persenjataannya, tidak terlalu terburu-buru menyerang serdadu Belanda. Mereka masih berfokus dengan pertahanannya dan menunggu komando dari I Gusti Ngoerah Rai untuk membalas serangan. Begitu tembakan tanda menyerang diletuskan, puluhan perjaka menyeruak dari ladang jagung dan membalas sergapan tentara Indische Civil Administration (NICA) bentukan Belanda. Dengan senjata rampasan, hasilnya Ciung Wanara berhasil memukul mundur serdadu Belanda.
Namun ternyata pertempuran belum usai. Kali ini serdadu Belanda yang sudah terpancing emosi bermetamorfosis semakin brutal. Kali ini, bukan hanya letupan senjata yang terdengar, namun NICA menggempur pasukan muda I Gusti Ngoerah Rai ini dengan bom dari pesawat udara. Hamparan sawah dan ladang jagung yang subur itu kini menjadi ladang pembantaian penuh asap dan darah.
Perang hingga habis atau puputan inilah yang kemudian mengakhiri hidup I Gusti Ngurah Rai. Peristiwa inilah yang kemudian dicatat sebagai insiden Puputan Margarana. Malam itu pada 20 November 1946 di Marga ialah sejarah penting tonggak usaha rakyat di Indonesia melawan kolonial Belanda demi Nusa dan Bangsa

2.2.2 Perjuangan Diplomasi (Perundingan)

a) Perjanjian Linggarjati
Perjanjian Linggarjati dilakukan pada tanggal 10-15 November 1946 di Linggarjati, erat Cirebon. Dalam Perjanjian ini, Indonesia diwakili oleh Perdana Menteri Sutan Syahrir dan tiga anngota lainnya yaitu, Mohammad Roem, Susanto Tirtoprodjo, dan AK GANI , sedangkan Belanda diwakili oleh Prof. Scermerhorn yang beranggotakan Max Van Poll, Fde Boer, dan H.J.Van Mook. Perjanjian tersebut dipimpin oleh Lord Killearn, seorang diplomat Inggris.
Pada tanggal 7 Oktober 1946 Lord Killearn berhasil mempertemukan wakil-wakil pemerintah Indonesia dan Belanda ke meja negosiasi yang berlangsung di rumah kediaman Konsul Jenderal Inggris di Jakarta. Dalam negosiasi ini problem gencatan senjata yang tidak mencapai kesepakatan hasilnya dibahas lebih lanjut oleh panitia yang dipimpin oleh Lord Killearn. Hasil kesepakatan di bidang militer sebagai berikut:
1. Gencatan senjata diadakan atas dasar kedudukan militer pada waktu itu dan atas dasar kekuatan militer Sekutu serta Indonesia.
2. Dibentuk sebuah Komisi bersama Gencatan Senjata untuk masalah-masalah teknis pelaksanaan gencatan senjata.
Sedangkan, Hasil Perundingan Linggajati ditandatangani pada tanggal 25 Maret 1947 di Istana Rijswijk (sekarang Istana Merdeka) Jakarta, yang isinya ialah sebagai berikut:
1. Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan yang mencakup Sumatra, Jawa dan Madura.
2. Belanda harus meninggalkan wilayah de facto paling lambat 1 Januari 1949.
3. Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam membentuk Negara Indonesia Serikat dengan nama Republik Indonesia Serikat yang salah satu bagiannya ialah Republik Indonesia.
4. Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia - Belanda dengan Ratu Belanda sebagai ketuanya.


Suasana pada negosiasi Linggajati


b) Agresi Militer 1
Perjanjian Linggarjati yang telah disepakati tanggal 25 Maret 1947 hanya berlangsung sekitar 4 bulan. Karena Belanda melanggarnya dan mulai melancarkan serangan serentak di beberapa tempat di Indonesia dengan nama “ Operatie Product”. Terjadi perbedaan penafsiran pada 21 Juli 1947, Belanda melaksanakan serangan militer yang disebut sebagai Agresi Militer Belanda I. Tentara Nasional Indonesia melawan serangan aksi Belanda tersebut menggunakan seni administrasi gerilya. Tentara Nasional Indonesia berhasil membatasi gerakan Belanda hanya di kota-kota besar saja dan di jalan raya.
Untuk menuntaskan problem Indonesia-Belanda, pihak PBB membentuk Komisi yang dikenal dengan nama Komisi Tiga Negara (KTN). Tugas KTN ialah menghentikan sengketa RI-Belanda. Indonesia diwakili oleh Australia, Belanda diwakili oleh Belgia, dan Amerika Serikat sebagai penengah. Adapun delegasinya ialah sebagai berikut:
1. Australia (tunjukkan Indonesia), diwakili oleh Richard Kirby.
2. Belgia (tunjukkan Belanda), diwakili oleh Paul Van Zeland.
3. Amerika Serikat (netral), diwakili oleh Dr. Frank Graham.

c) Perjanjian Renville
Atas usul KTN maka pada tanggal 8 Desember 1947 dilaksanakan Perjanjian antara Indonesia dan Belanda di atas kapal Renville milik AS yang sedang berlabuh di Jakarta.
1. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Mr. Amir Syarifuddin.
2. Delegasi Belanda dipimpin oleh R. Abdul Kadir Wijoyoatmojo.
3. Delegasi Australia dipimpin oleh Richard C. Kirby.
4. Delegasi Belgia dipimpin oleh Paul van Zeeland.
5. Delegasi Amerika Serikat dipimpin oleh Frank Porter Graham.
Setelah melalui perdebatan dan permusyawaratan dari tanggal 8 Desember 1947 hingga 17 Juni 1948 maka diperoleh persetujuan Renville. Isi perjanjian Renville, antara lain sebagai berikut.
1. Belanda tetap berdaulat atas seluruh wilayah Indonesia hingga dengan terbentuknya Republik Indonesia Serikat (RIS).
2. Sebelum RIS dibentuk, Belanda sanggup menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada pemerintah federal.
3. RIS mempunyai kedudukan sejajar dengan Negara Belanda dalam Uni Indonesia-Belanda.
4. Republik Indonesia merupakan serpihan dari RIS.
Kerugian-kerugian yang diderita Indonesia dari perjanjian Renville ialah :
1. Indonesia terpaksa menyetujui dibentuknya Negara Indonesia serikat melalui masa peralihan.
2. Indonesia kehilangan sebagian wilayahnya lantaran garis Van Mook terpaksa harus diakui sebagai tempat kekuasaan Belanda.
3. Pihak republik harus menarik seluruh pasukannya yang ada di tempat kekuasaan Belanda dan dari kantong-kantong gerilya masuk tempat RI.
4. Wilayah RI menjadi semakin sempit dan dikurung oleh daerah-daerah kekuasaan Belanda.
5. Terjadi Hijrah Tentara Nasional Indonesia ke pusat pemerintahan di Yogyakarta.
6. Terjadinya pemberontakan DI/TII.
7. Terjadinya pemberontakan PKI di Madiun 1948.
8. Jatuhnya kabinet Amir Syarifudin diganti dengan Moh.Hatta.

d) Agresi Militer II
Pada 18 Desember 1948, Belanda di bawah pimpinan Dr. Bell mengumumkan bahwa Belanda tidak terikat lagi oleh Persetujuan Renville. Pada 19 Desember 1948 Belanda mengadakan Agresi Militer II ke ibu kota Yogyakarta. Dalam aksi itu Belanda sanggup menguasai Yogyakarta.
Presiden Sukarno dan Wapres Mohammad Hatta ditawan dan diasingkan ke Pulau Bangka. Beliau kemudian mengirimkan mandat lewat radio kepada Mr. Syaffruddin Prawiranegara. Isinya biar membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI), di Bukit Tinggi Sumatra Barat.
Pada 1 Maret 1949 Brigadir X mengadakan serangan umum ke Yogyakarta. Penyerangan ini dipimpin Letkol. Soeharto. Serangan ini menggunakan sandi "Janur Kuning". Serangan ini dikenal juga dengan "Serangan Umum 1 Maret". Dalam penyerangan ini Tentara Republik Indonesia dalam serangan ini berhasil menduduki Kota Yogyakarta selama 6 jam.

e) Serangam Umum 1 Maret di Yogyakarta
Ketika Belanda melancarkan aksi militernya yang kedua pada bulan Desember 1948 ibu kota RI Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda. Presiden Soekarno dan Wapres Moh. Hatta beserta sejumlah menteri ditawan oleh Belanda. Belanda menyatakan bahwa RI telah runtuh. Namun di luar perhitungan Belanda pada ketika yang krisis ini terbentuklah Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Buktitinggi, Sumatera Barat.
Di samping itu Sri Sultan Hamengkubuwono IX sebagai Kepala Daerah spesial Yogyakarta tetap mendukung RI sehingga masyarakat Yogyakarta juga memperlihatkan dukungan kepada RI. Pimpinan Tentara Nasional Indonesia di bawah Jenderal Sudirman yang sebelumnya telah menginstruksikan kepada semua komandan Tentara Nasional Indonesia melalui surat Perintah Siasat No.1 bulan November 1948 isinya antara lain:
1. Memberikan kebebasan kepada setiap komandan untuk melaksanakan serangan terhadap posisi militer Belanda.
2. Memerintahkan kepada setiap komandan untuk membentuk kantong-kantong pertahanan (wehrkreise.)
3. Memerintahkan biar semua kesatuan Tentara Nasional Indonesia yang berasal dari tempat pendudukan untuk segera meninggalkan Yogyakarta untuk kembali ke wilayahnya masing-masing (seperti Devisi Siliwangi harus kembali ke Jawa Barat), bila Belanda menyerang Yogyakarta.
Untuk pertahanan tempat Yogyakarta dan sekitarnya diserahkan sepenuhnya kepada pasukan Tentara Nasional Indonesia setempat yakni Brigadir X di bawah Letkol Soeharto. Dengan adanya aksi Militer Belanda maka dalam beberapa ahad kesatuan Tentara Nasional Indonesia dan kekuatan bersenjata lainnya terpencar-pencar dan tidak terkoordinasi. Namun para p0juang bisa melaksanakan komunikasi melalui jaringan radio, telegram maupun para kurir. Bersamaan dengan upaya konsolidasi di bawah PDRI, Tentara Nasional Indonesia melaksanakan serangan secara besar-besaran terhadap posisi Belanda di Yogyakarta. Serangan ini dilakukan pada tanggal 1 Maret 1949 dipimpin oleh Letkol Soeharto. Sebelum serangan dilakukan, terlebih dahulu meminta persetujuan kepada Sri Sultan Hamengkubuwono IX sebagai Kepala Daerah spesial Yogyakarta.
Serangan Umum ini dilakukan dengan mengkonsentrasikan pasukan dari sektor Barat (Mayor Ventje Samual), Selatan dan Timur (Mayor Sarjono) dan Sektor Kota (Letnan Amir Murtono dan Letnan Masduki). Serangan umum ini membawa hasil yang memuaskan lantaran para p0juang sanggup menguasai kota Yogyakarta selama 6 jam yakni jam 06.00 hingga jam 12.00. Berita Serangan Umum ini disiarkan RRI yang sedang bergerilya di tempat Gunung Kidul, yang sanggup ditangkap RRI di Sumatera, selanjutnya dari Sumatera informasi itu disiarkan ke Yangoon dan India. Keesokan harinya insiden itu juga dilaporkan oleh R. Sumardi ke PDRI di Buktitinggi melalui radiogram dan juga disampaikan pula kepada Maramis. (diplomat RI di New Delhi, India) dan L.N. Palar (Diplomat RI di New York, Amerika Serikat).
Serangan Umum 6 Jam di Yogyakarta ini mempunyai arti penting yaitu sebagai berikut.

A. Ke dalam :
1. Meningkatkan semangat para p0juang RI, dan juga secara tidak eksklusif memengaruhi perilaku para pemimpin negara federal buatan Belanda yang tergabung dalam BFO.
2. Mendukung usaha secara diplomasi, yakni Serangan Umum ini berdampak adanya perubahan perilaku pemerintah Amerika Serikat yang semula mendukung Belanda selanjutnya menekan kepada pemerintah Belanda biar melaksanakan negosiasi dengan RI.

B. Ke luar:
1. Menunjukkan kepada dunia Internasional bahwa Tentara Nasional Indonesia mempunyai kekuatan untuk melaksanakan serangan.
2. Mematahkan moral pasukan Belanda.

f) Perjanjian Roem-Royen
Perjanjian ini merupakan perjanjian pendahuluan sebelum KMB. Salah satu kesepakatan yang dicapai ialah Indonesia bersedia menghadiri KMB yang akan dilaksanakan di Den Haag negeri Belanda. Untuk menghadapi KMB dilaksanakan konferensi inter Indonesia yang bertujuan untuk mengadakan pembicaraan antara tubuh permusyawaratan federal (BFO/Bijenkomst Voor Federal Overleg) dengan RI biar tercapai kesepakatan fundamental dalam menghadapi KMB. Komisi PBB yang menangani Indonesia digantikan UNCI. UNCI berhasil membawa Indonesia-Belanda ke meja Perjanjian pada tanggal 7 Mei 1949 yang dikenal dengan persetujuan Belanda dari Indonesia :
1. Menyetujui kembalinya pemerintah RI ke Yogyakarta.
2. Menghentikan gerakan militer dan membebaskan para tahanan republik.
3. Menyetujui kedaulatan RI sebagai serpihan dari Negara Indonesia Serikat.
4. Menyelenggarakan KMB segera setelah pemerintahan RI kembali ke Yogyakarta.
Persetujuan Indonesia dari Belanda :
1. Mengeluarkan perintah untuk menghentikan perang gerilya.
2. Bekerja sama dalam mengembalikan perdamaian,mejaga ketertiban dan keamanan.
3. Ikut serta dalam KMB di Den Haag.
Peristiwa-peristiwa penting realisasi Roem-Royen Statement:
1. Penarikan tentara Belanda secara sedikit demi sedikit dari Yogyakarta dari 24 Juni hingga 29 Juni 1949.
2. Pemerintah RI kembali ke Yogyakarta tanggal 1 Juli 1949.
3. Presiden,wakil presiden dan para pejabat tinggi Negara kembali ke Yogyakarta tanggal 6 Juli 1949.
4. Jendral Sudirman kembali ke Yogyakarta tanggal 10 Juli 1949.

Suasana perjanjian Roem-Royen.

g) Konferensi Meja Bundar
Konferensi Meja Bundar (KMB) merupakan tindak lanjut dari Perundingan Roem-Royen. Sebelum KMB dilaksanakan, RI mengadakan pertemuan dengan BFO (Badan Permusyawaratan Federal). Pertemuan ini dikenal dengan dengan Konferensi Inter-Indonesia (KII) Tujuannya untuk menyamakan langkah dan perilaku sesama bangsa Indonesia dalam menghadapi KMB.
Konferensi Inter-Indonesia diadakan pada tanggal 19 - 22 Juli 1949 di Yogyakarta dan tanggal 31 Juli hingga 2 Agustus 1949 di Jakarta. Pembicaraan difokuskan pada pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS). Keputusan yang cukup penting ialah akan dilakukan akreditasi kedaulatan tanpa ikatan politik dan ekonomi.
KMB merupakan langkah kasatmata dalam diplomasi untuk mencari penyelesaian sengketa Indonesia – Belanda. Kegiatan KMB dilaksanakan di Den Haag, Belanda tanggal 23 Agustus hingga 2 November 1949. Dalam KMB tersebut dihadiri delegasi Indonesia, BFO, Belanda, dan perwakilan UNCI. Berikut ini para delegasi yang hadir dalam KMB:
1. Indonesia terdiri dari Drs. Moh. Hatta, Mr. Moh. Roem, Prof.Dr. Mr. Soepomo
2. BFO dipimpin Sultan Hamid II dari Pontianak.
3. Belanda diwakili Mr. van Maarseveen.
4. UNCI diwakili oleh Chritchley.

BAB III
KESIMPULAN
Upaya bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia di lakukan dengan usaha fisik dan diplomatik. Perjuangan fisik mencakup pertempuran 10 November di Surabaya, pertempuran Ambarawa, pertempuran Medan Area, pertempuran Bandung Lautan Api, pertempuran Margarana di Bali, dan pertempuran 5 hari di Semarang.
Sedangkan wujud usaha diplomasi antara lain perjanjian linggarjati, Agresi Militer Belanda I, Agresi Militer Belanda II, perjanjian Renville, perjanjian Roem-Royen, serangan umum 1 marert di Yogyakarta, dan Konferensi Meja Bundar (KMB).
Semoga makalah ini sanggup menambah ilmu bagi kita semua wacana usaha indonesia. Apabila ada kesalahan kami mohon maaf yang sebesar besarnya.

DAFTAR PUSTAKA
Ø http://google.co.id/ Ø Dari sumber internet lainnya
Sumber http://rajebgroups.blogspot.com
Buat lebih berguna, kongsi: