Inovasi Kurikulum Pendidikan, pada kepingan ini akan membahas banyak sekali cara menyebarkan inovasi. Berbagai model akan disajikan dan dibahas di sini. Beberapa tips untuk memperlancar kemajuan akan diberikan.
Havelock (1978), Havelock classified three classifications of change models and utilization process. His classification comprises a “Research, Development and Diffusion” model, a “Social Interaction” model, and a “Problem Solving” model
![]() |
Model-Model penemuan Kurikulum Pendidikan |
Pendapatan Ronald Havelock ini akan dipergunakan sebagai acuan utama untuk pendekatan terhadap pendidikan. Adapun maksud dari kata model/strategi penemuan kurikulum ialah pendekatan-pendekatan atau metode-metode yang dipakai untuk mengimplementasikan sebuah pandangan gres yang inovatif. Istilah taktik dan metode dipakai secara sinonim. Menjelang diselenggarakannya sebuah konferensi besar untuk membahas banyak sekali inovasi, Havelock diminta untuk meneliti banyak sekali penemuan yang pernah diimplementasikan untuk melihat apakah ia sanggup menemukan pola-pola pemilihan strategi. Dia juga meneliti apakah ada yang dipakai lebih sering daripada yang lainnya. Havelock meneliti sejumlah besar laporan dan menemukan bahwa terdapat tiga pendekatan yang dipakai berulang kali, dalam format yang cenderung sama:
a) Model R-D-D (Research – Development – Diffusion = Penelitian – Pengembangan – Difusi)
b) Model P-S (Problem Solving = Pemecahan Masalah)
c) Model S-I (Social Interaction = Interaksi Sosial).
Dalam pembahasan ini hanya akan dibahas model RD and D saja dan model lain akan dibahas pada postingan lainnya.
a) Model Penelitian – Pengembangan – Difusi
R-D-D ialah abreviasi dari istilah Research – Development – Diffusion (Penelitian – Pengembangan dan Difusi [penyebarluasan]). Istilah ini sering cendrung lebih disingkat dengan memakai abreviasi R-D-D.
R-D-D. Ini merupakan taktik penemuan yang paling sering dipakai di seluruh dunia dalam bidang apapun, baik itu pendidikan, pekerjaan sekolah, produksi industri, perdagangan, pertanian dll.
Havelock menyerupai dalam Morrish, (1976: 119), telah memilih model dan karakteristik dari model RD & D ini.
(Baca Models of Curriculum innovation and social change )
(Baca Model of Dissemination of Curriculum Innovation and Change)
Sumber http://www.pondok-belajar.com/
(Baca Model of Dissemination of Curriculum Innovation and Change)
(i), Model RD & D mengasumsikan bahwa pengembangan dan difusi harus menjadi proses yang rasional, bahwa harus ada urutan acara yang rasional yang didasari dari hasil penelitian ke proses pengembangan dan pengemasan sebelum proses diseminasi berlangsung. (ii). model ini menyiratkan bahwa harus ada perencanaan dalam skala yang sangat besar. Semua acara pengembangan penelitian ini harus dikoordinasikan dan terjalin kekerabatan logis di antara mereka. (III), harus ada pembagian kerja dan pemisahan hukum dan fungsi secara hati-hati. (iv), ada perkiraan yang lebih atau kurang terang ditentukan oleh konsumen, diharapkan supaya konsumen yang fasif bersedia mendapatkan penemuan kalau disampaikan pada saluran yang tepat, dengan cara yang benar, dan pada waktu yang tepat.
Model RD & D ini ialah model linear. Ini dimulai dengan produk penelitian dan kemasannya daripada pengguna simpulan dan kebutuhan mereka. Model RD & D mengasumsikan bahwa perubahan kurikulum ialah urutan yang teratur dan terpola di mana para hebat membantu dalam mengidentifikasi masalah, mencari solusi dan lalu melaksanakan difusi untuk mendistribusikan penemuan dan menerapkannya dalam sistem target. Model ini tidak mengakomodasi minat dan impian masing-masing guru atau karakteristik sekolah tertentu di mana penemuan sanggup digunakan. Penerima / guru, hanya mendapatkan penemuan dan berpengalaman perihal pengembangan model kurikulum ini. Menurut Kelly (2004: 108),
ia menganggap bahwa pengembang dalam model RD & D hanya mengidentifikasi duduk kasus dan akseptor yang intinya bersifat pasif dari penemuan dikembangkan untuk menuntaskan duduk kasus itu. Penerima tetap pasif sebab inisiatif diambil oleh para peneliti, pengembang dan penyebar. Ini ialah produk yang mewujudkan solusi, daripada hipotesis atau pandangan gres di balik produk tersebut, yang sedang diuji. Perhatian utama ialah mendapatkan produk "benar" dan memasarkannya (Stenhouse 1975, menyerupai dalam Ratnavadivel, 67: 1995)
untuk lebih jelasnya dalam memahami pola model penemuan RD and D ini kita bisa mengunakan lima perkiraan berikut:
(RD and D model), jenis Model ini berazaskan atas sejumlah perkiraan yang penting untuk dipahami biar sanggup mengevaluasinya secara kritis. Kita akan menelaah lima dari asumsi-asumsi ini.
Asumsi pertama ialah bahwa proses penemuan mempunyai urutan yang rasional. Ini berarti bahwa penemuan dipandang sebagai mengikuti urutan logis dengan fase-fase yang didefinisikan secara jelas, sebagaimana ditunjukkan pada kotak-kotak dalam gambar 1. Jadi, urutan terjadinya hal-hal ini bukan suatu kebetulan. Menurut model ini, semua penemuan diawali dengan penelitian dasar dan dilanjutkan dengan penelitian terapan. Penelitian dasar bertujuan untuk menyebarkan pengetahuan gres (tuntutan akan orisinalitasnya), tanpa mempedulikan nilai hasilnya. Penelitian lanjutan dilakukan menurut hasil-hasil ini, tetapi kini dengan memperhatikan penerapan hasil-hasil penelitian itu. Jadi, penelitian ini mungkin akan memperlihatkan hasil yang sanggup mengarah pada praktek-praktek gres atau mempengaruhi praktek-praktek lama. Supaya lebih terang tentangmodel R-D-D ini, berikut ini kita akan memakai pola konkrit perihal penemuan produk farmasi, p3enisilin.
Asumsi pertama ialah bahwa proses penemuan mempunyai urutan yang rasional. Ini berarti bahwa penemuan dipandang sebagai mengikuti urutan logis dengan fase-fase yang didefinisikan secara jelas, sebagaimana ditunjukkan pada kotak-kotak dalam gambar 1. Jadi, urutan terjadinya hal-hal ini bukan suatu kebetulan. Menurut model ini, semua penemuan diawali dengan penelitian dasar dan dilanjutkan dengan penelitian terapan. Penelitian dasar bertujuan untuk menyebarkan pengetahuan gres (tuntutan akan orisinalitasnya), tanpa mempedulikan nilai hasilnya. Penelitian lanjutan dilakukan menurut hasil-hasil ini, tetapi kini dengan memperhatikan penerapan hasil-hasil penelitian itu. Jadi, penelitian ini mungkin akan memperlihatkan hasil yang sanggup mengarah pada praktek-praktek gres atau mempengaruhi praktek-praktek lama. Supaya lebih terang tentangmodel R-D-D ini, berikut ini kita akan memakai pola konkrit perihal penemuan produk farmasi, p3enisilin.
Contoh: p3nsilin
Dalam kaitannya dengan eksperimen biokimia, sejenis jamur yang mempunyai kemampuan untuk membunuh basil telah ditemukan. Penelitian dimulai, dan menyerupai yang sudah sangat diketahui, p3enisilin dikembangkan dan dipakai untuk menyembuhkan infeksi, baik pada binatang maupun manusia. Ketika hasil telah diperoleh dan sanggup dipergunakan, fase pengembangan pun dimulai. Di sini orang mencoba menemukan cara yang efektif untuk menyebarkan dan memproduksi materi itu secara masal. Penelitian dilakukan untuk menemukan kondisi di mana materi itu sanggup efektif, dan materi tersebut diujicobakan pada binatang dan manusia. Setelah periode percobaan berakhir, diputuskanlah bahwa efeknya sanggup didefinisikan secara cukup baik dan produksi sanggup segera dimulai. Kini tujuannya ialah menjual zat tersebut. Salah satu kelompok sasaran kuncinya ialah para dokter. Maka proses difusi komersial pun dimulai dan zat p3enisilin itu kini telah didistribusikan secara luas. Praktek usang untuk perawatan nanah pun secara sedikit demi sedikit berubah.
Asumsi kedua telah diilustrasikan secara implisit di atas, yaitu aspek perencanaan jangka panjang. Contoh p3enisilin itu menandakan bahwa penemuan sering kali merupakan proses yang panjang. Aspek waktunya sering lebih panjang daripada yang direncanakan semula. Penggunaan produk itu untuk jangka waktu usang sering memperlihatkan imbas samping yang tidak diprediksi. Dalam masalah p3enisilin, duduk kasus muncul berupa penolakan, imunitas dan alergi. Maka muncullah kebutuhan untuk menyebarkan jenis antibiotik yang baru. Ini memperpanjang proses inovasi. Sumber ekonomi suplemen juga dibutuhkan untuk penelitian lebih lanjut dan untuk pengembangan produk baru. Metode penaikan modal mengakibatkan p3enisilin dijual dengan harga tinggi. Keuntungannya disalurkan kembali ke penelitian. Menjual produk dengan harga yang sangat tinggi biar memperoleh dana yang sanggup dialokasikan untuk penelitian dan uji coba merupakan praktek yang lazim dalam dunia bisnis. Dapat dijelaskan bahwa tingginya harga produk itu ialah akhir dari dimasukkannya biaya penelitian ke dalam harga jual.
Asumsi ketiga ialah bahwa spesialisasi pekerjaan dan koordinasi juga merupakan kepingan dari model R-D-D. Ini berarti bahwa setiap langkah dalam proses penemuan harus dijalankan oleh hebat atau kelompok ahli. Setiap orang diberi bidang pekerjaan dan tanggung jawab khusus. Tidak ada satu hebat yang terlibat dalam keseluruhan proses perubahan. Para peneliti merupakan seorang hebat yang terlatih dalam perilaku maupun metodenya dalam bidang ini. Profesional lainnya masuk ke dalam fase eksperimentasi dan uji coba. Fase ini sering disebut fase implementasi, yaitu fase saat ide-ide diubah menjadi realitas. Implementasi eksperimental ini merupakan prasyarat penting untuk difusi (penyebarluasan) yang dilakukan dalam fase berikutnya. Dengan difusi itu, maka praktek gres yang lebih baik pun menjadi terlembagakan. Dengan mengambil pola dari industri farmasi, hanya mendapatkan legalisasi dari otoritas kesehatan saja atas obat itu tidak cukup. Kita juga harus memastikan bahwa produk tersebut digunakan. Secara sederhana, pekerjaan para hebat selama fase difusi ini ialah meyakinkan para dokter perihal nilai pengobatan dari produk tersebut. Untuk membangkitkan minat terhadap produk atau pandangan gres inovasi, proteksi gosip kepada calon pengguna mengenai dampak positifnya merupakan metode yang banyak digunakan. Untuk alasan ini, relatif umum untuk mengundang dokter-dokter ke konferensi-konferensi di mana perusahaan farmasi mempresentasikan produk barunya.
Asumsi keempat ialah pengguna pasif dan rasional. Di dalam taktik R-D-D, kita mempersepsi para pengguna produk yang gres dikembangkan atau ditingkatkan itu sebagai pihak yang tidak besar lengan berkuasa eksklusif terhadap proses inovasi. Para peneliti dan ahli-ahli lainnya memperhatikan hal ini. Dengan kata lain, para hebat tahu apa yang paling dibutuhkan oleh konsumen.
Asumsi terakhir yang akan disebutkan ialah bahwa investasi yang besar dibutuhkan sebelum difusi atau penyebarluasan dilakukan. Jelas bahwa dibutuhkan banyak sumber daya profesional serta saluran ke sumber ekonomi untuk penelitian, eksperimen, pengembangan dan promosi jenis penemuan ini. Jadi, model ini telah memperlihatkan sangat sanggup diterapkan dalam bidang komersial.
Sumber http://www.pondok-belajar.com/
Buat lebih berguna, kongsi: