Faktor - Faktor Penyebab Konflik Sosial
Konflik yang terjadi mempunyai banyak sekali macam penyebab. Begitu beragamnya sumber konflik yang terjadi antarmanusia, sehingga sulit untuk dideskripsikan secara terang dan terperinci sumber konflik tersebut. Hal ini dikarenakan sesuatu yang seharusnya bisa menjadi sumber konflik, tetapi di lain pihak ternyata tidak menjadi sumber konflik, demikian halnya sebaliknya.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri - ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan - perbedaan tersebut diantaranya yakni menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, sopan santun istiadat, keyakinan dan lain sebagianya.
Dengan demikian, konflik merupakan situasi yang masuk akal dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antaranggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya. Konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Kesimpulannya, sumber konflik sangat beragam. Sumber konflik sanggup bersifat rasional dan tidak rasional. Oleh lantaran itu, kita tidak sanggup menetapkan secara tegas bahwa yang menjadi sumber konflik yakni sesuatu hal tertentu, apalagi hanya didasarkan pada hal - hal yang sifatnya rasional.
Pada umumnya, penyebab munculnya konflik kepentingan sebagai berikut.
1. Perbedaan kebutuhan, nilai dan tujuan.
2. Langkanya sumber daya, menyerupai kekuatan, pengaruh, ruang, waktu, uang, popularitas dan posisi.
3. Persaingan.
Ketika kebutuhan, nilai dan tujuan saling bertentangan, ketika sejumlah sumber daya menjadi terbatas dan ketika persaingan untuk suatu penghargaan serta hak - hak istimewa muncul, konflik kepentingan akan muncul.
Banyak orang beropini bahwa konflik terjadi lantaran adanya perebutan sesuatu yang jumlahnya terbatas. Adapula yang beropini bahwa konflik muncul lantaran adanya ketimpangan-ketimpangan dalam masyarakat, terutama antara kelas atas dan kelas bawah. Selain itu juga lantaran adanya perbedaan-perbedaan kepentingan, kebutuhan, dan tujuan dari masing masing anggota masyarakat. Sementara itu, Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa lantaran sebab terjadinya konflik antara lain sebagai berikut.
1. Perbedaan Antarperorangan
Perbedaan ini sanggup berupa perbedaan perasaan, pendirian, atau pendapat. Hal ini mengingat bahwa insan yakni individu yang unik atau istimewa, lantaran tidak pernah ada kesamaan yang baku antara yang satu dengan yang lain.
Perbedaan-perbedaan inilah yang sanggup menjadi salah satu penyebab terjadinya konflik sosial, lantaran dalam menjalani sebuah pola interaksi sosial, mustahil seseorang akan selalu sejalan dengan individu yang lain. Misalnya dalam suatu diskusi kelas, kau bersama kelompokmu kebetulan sebagai penyaji makalah.
Pada satu kesempatan, ada temanmu yang mencoba untuk mengacaukan jalannya diskusi dengan menanyakan hal-hal yang sebetulnya tidak perlu dibahas dalam diskusi tersebut. Kamu yang bertindak selaku moderator melaksanakan interupsi dan mencoba meluruskan pertanyaan untuk kembali ke permasalahan pokok. Namun temanmu (si penanya) tadi menganggap kelompokmu payah dan tidak siap untuk menjawab pertanyaan. Perbedaan pandangan dan pendirian tersebut akan mengakibatkan perasaan amarah dan benci yang apabila tidak ada kontrol terhadap emosional kelompok akan terjadi konflik.
2. Perbedaan Kebudayaan
Perbedaan kebudayaan mempengaruhi pola fatwa dan tingkah laris perseorangan dalam kelompok kebudayaan yang bersangkutan. Selain perbedaan dalam tataran individual, kebudayaan dalam masing-masing kelompok juga tidak sama. Setiap individu dibesarkan dalam lingkungan kebudayaan yang berbeda-beda. Dalam lingkungan kelompok masyarakat yang samapun tidak menutup kemungkinan akan terjadi perbedaan kebudayaan, lantaran kebudayaan lingkungan keluarga yang membesarkannya tidak sama.
Yang jelas, dalam tataran kebudayaan ini akan terjadi perbedaan nilai dan norma yang ada dalam lingkungan masyarakat. Ukuran yang digunakan oleh satu kelompok atau masyarakat tidak akan sama dengan yang digunakan oleh kelompok atau masyarakat lain. Apabila tidak terdapat rasa saling pengertian dan menghormati perbedaan tersebut, tidak menutup kemungkinan faktor ini akan mengakibatkan terjadinya konflik sosial
Contohnya seseorang yang dibesarkan pada lingkungan kebudayaan yang bersifat individualis dihadapkan pada pergaulan kelompok yang bersifat sosial. Dia akan mengalami kesulitan apabila suatu ketika ia ditunjuk selaku pembuat kebijakan kelompok. Ada kecenderungan ia akan melaksanakan pemaksaan kehendak sehingga kebijakan yang diambil hanya menguntungkan satu pihak saja. Kebijakan semacam ini akan di perihal oleh kelompok besar dan yang niscaya kebijakan tersebut tidak akan diterima sebagai akad bersama. Padahal dalam kelompok harus mengedepankan kepentingan bersama. Di sinilah letak timbulnya kontradiksi yang disebabkan perbedaan kebudayaan.
Contoh lainnya yakni seseorang yang berasal dari etnis A yang mempunyai kebudayaan A, pindah ke wilayah B dengan kebudayaan B. Jika orang tersebut tetap membawa kebudayaan asal dengan konservatif, tentu saja ia tidak akan diterima dengan baik di wilayah barunya. Dengan kata lain meskipun orang tersebut mempunyai efek yang kuat, alangkah lebih baik kalau tetap melaksanakan penyesuaian terhadap kebudayaan daerah tinggalnya yang baru.
3. Bentrokan Kepentingan
Bentrokan kepentingan sanggup terjadi di bidang ekonomi, politik, dan sebagainya. Hal ini lantaran setiap individu mempunyai kebutuhan dan kepentingan yang berbeda dalam melihat atau mengerjakan sesuatu. Demikian pula halnya dengan suatu kelompok tentu juga akan mempunyai kebutuhan dan kepentingan yang tidak sama dengan kelompok lain.
Misalnya kebijakan mengirimkan pemenang Miss Indonesia untuk mengikuti kontes Miss World. Dalam hal ini, pemerintah menyetujui pengiriman tersebut, lantaran dipandang sebagai kepentingan untuk promosi kepariwisataan dan kebudayaan. Di sisi lain, ada kelompok yang menolak pengiriman tersebut lantaran dipandang bertentangan dengan norma atau sopan santun ketimuran (bangsa Indonesia). Bangsa Indonesia selama ini dianggap sebagai suatu bangsa yang menjunjung tinggi budaya timur yang santun.
4. Perubahan Sosial yang Terlalu Cepat di Dalam Masyarakat
Perubahan yakni sesuatu yang masuk akal terjadi, namun kalau terjadi secara cepat akan mengakibatkan tanda-tanda sosial, lantaran adanya ketidaksiapan dan keterkejutan masyarakat yang pada kesudahannya akan mengakibatkan terjadinya konflik sosial. Perubahan - perubahan yang terjadi secara cepat dan mendadak sanggup menyebabkant erjadinya disorganisasi dan perbedaan pendirian mengenai reorganisasi sistem nilai yang baru. Perubahan tersebut akan menciptakan keguncangan proses - proses sosial di dalam masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan lantaran dianggap mengacaukan tatanan kehidupan masyarakat yang ada.
Salah satu contohnya kenaikan BBM, termasuk perubahan yang begitu cepat. Masyarakat banyak yang kurang siap dan kemudian mengakibatkan agresi penolakan terhadap perubahan tersebut.
Selain beberapa hal di atas, proses sosial dalam masyarakat ada juga yang mengakibatkan atau berpeluang mengakibatkan konflik, yaitu Persaingan dan Kontravensi.
1. Persaingan (Competition)
Dalam persaingan individu atau kelompok berusaha mencari laba melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi sentra perhatian umum. Cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan itu yakni dengan menarik perhatian atau mempertajam prasangka yang telah ada tanpa memakai bahaya atau kekerasan.
Jika dikelompokkan, ada dua macam persaingan, yaitu persaingan yang bersifat langsung dan tidak langsung atau kelompok. Persaingan langsung merupakan persaingan yang dilakukan orang per orang atau individu untuk memperoleh kedudukan dalam organisasi. Persaingan kelompok, contohnya terjadi antara dua macam perusahaan dengan produk yang sama untuk memperebutkan pasar di suatu wilayah.
Persaingan langsung dan kelompok menghasilkan beberapa bentuk persaingan, antara lain persaingan di bidang ekonomi, kebudayaan, kedudukan dan peranan, dan persaingan ras.
A. Persaingan di Bidang Kebudayaan
Persaingan di bidang kebudayaan merupakan persaingan antara dua kebudayaan untuk memperebutkan efek di suatu wilayah. Persaingan kebudayaan contohnya terjadi antara kebudayaan pendatang dengan kebudayaan penduduk asli. Bangsa pendatang akan berusaha semoga kebudayaannya digunakan di wilayah di mana ia datang. Begitu pula sebaliknya, penduduk orisinil akan berusaha semoga bangsa pendatang memakai kebudayaannya dalam kehidupan.
B. Persaingan Kedudukan dan Peranan
Apabila dalam diri seseorang atau kelompok terdapat keinginan-keinginan untuk diakui sebagai orang atau kelompok yang mempunyai kedudukan dan peranan terpandang maka terjadilah persaingan. Kedudukan dan peranan yang dikejar tergantung pada apa yang paling dihargai oleh masyarakat pada suatu masa tertentu.
C. Persaingan Ras
Persaingan ras bekerjsama juga merupakan persaingan di bidang kebudayaan. Perbedaan ras baik perbedaan warna kulit, bentuk tubuh, maupun corak rambut hanya merupakan suatu perlambang kesadaran dan perilaku atau perbedaan-perbedaan dalam kebudayaan. Persaingan dalam batas-batas tertentu mempunyai fungsi. Berikut ini yakni beberapa fungsi persaingan
1. alat untuk mengadakan seleksi atas dasar jenis kelamin dan sosial;
2. menyalurkan harapan individu atau kelompok yang bersifat kompetitif;
3. jalan untuk menyalurkan keinginan, kepentingan, serta nilai-nilai yang pada suatu masa tertentu menjadi sentra perhatian sehingga tersalurkan dengan baik oleh mereka yang bersaing;
4. alat untuk menyaring para warga golongan fungsional sehingga menghasilkan pembagian kerja yang efektif.
Persaingan dalam segala bentuknya akan menghasilkan hal-hal yang bersifat positif maupun negatif. Hal-hal positif yang dihasilkan dengan adanya persaingan, antara lain makin kuatnya solidaritas kelompok, dicapainya kemajuan, dan terbentuknya kepribadian seseorang.
1) Makin Kuatnya Solidaritas Kelompok
Persaingan yang dilakukan dengan jujur akan mengakibatkan individu saling beradaptasi dalam relasi sosialnya. Dengan demikian, keserasian dalam kelompok akan tercapai. Hal itu bisa tercapai apabila persaingan dilakukan dengan jujur.
2) Dicapainya Kemajuan
Persaingan akan lebih banyak dijumpai pada masyarakat yang maju dan berkembang pesat. Untuk itu, individu yang berada dalam masyarakat tersebut harus bisa beradaptasi dengan keadaan tersebut. Persaingan akan mengakibatkan seseorang terdorong untuk bekerja keras supaya sanggup berperan dalam masyarakat.
3) Terbentuknya Kepribadian Seseorang
Persaingan yang dilakukan dengan jujur sanggup mengakibatkan tumbuhnya rasa sosial dalam diri seseorang. Namun sebaliknya, persaingan juga bisa mengakibatkan hal yang negatif, yaitu terciptanya disorganisasi. Adanya disorganisasi lantaran masyarakat hampir tidak diberi kesempatan untuk beradaptasi dan melaksanakan reorganisasi ketika terjadi perubahan. Hal itu disebabkan lantaran perubahan yang terjadi bersifat cepat atau revolusi.
2. Kontravensi
Kontravensi berasal dari bahasa Latin, contra dan venire yang berarti menghalangi atau menantang. Kontravensi merupakan perjuangan untuk menghalang-halangi pihak lain dalam mencapai tujuan. Tujuan utama tindakan dalam kontravensi yakni menggagalkan tercapainya tujuan pihak lain. Hal itu dilakukan lantaran rasa tidak bahagia atas keberhasilan pihak lain yang dirasa merugikan. Namun demikian, dalam kontravensi tidak ada maksud untuk menghancurkan pihak lain.
Menurut Leopold von Wiese dan Howard Becker ada lima macam bentuk kontravensi.
1. Kontravensi umum, antara lain dilakukan dengan penolakan, keengganan, perlawanan, perbuatan menghalanghalangi, protes, gangguan-gangguan, dan kekerasan.
2. Kontravensi sederhana, antara lain dilakukan dengan menyangkal pernyataan pihak lain di depan umum, memakimaki orang lain melalui selebaran, mencerca, dan memfitnah.
3. Kontravensi intensif, antara lain dilakukan dengan menghasut, membuatkan desas-desus, dan mengecewakan pihak lain.
4. Kontravensi rahasia, antara lain dilakukan dengan pengkhianatan dan mengumumkan diam-diam pihak lain.
5. Kontravensi taktis, antara lain dilakukan dengan mengejutkan lawan dan mengganggu pihak lain.
Selain pendapat diatas, terdapat pendapat - pendapat para hebat mengenai faktor - faktor penyebab konflik. Menurut Anoraga (dalam Saputro, 2003) suatu konflik sanggup terjadi lantaran perbedaan pendapat, salah paham, ada pihak yang dirugikan, dan perasaan sensitif.
1. Perbedaan Pendapat
Suatu konflik yang terjadi lantaran perbedaan pendapat dimana masing - masing pihak merasa dirinya benar, tidak ada yang mau mengakui kesalahan, dan apabila perbedaan pendapat tersebut sangat tajam, maka sanggup mengakibatkan rasa kurang enak, ketegangan dan sebagainya.
2. Salah Paham
Salah paham merupakan salah satu hal yang sanggup mengakibatkan konflik. Misalnya tindakan seseorang yang tujuan bekerjsama baik, tetapi diterima sebaliknya oleh individu yang lain.
3. Ada Pihak Yang Dirugikan
Tindakan salah satu pihak mungkin dianggap merugikan yang lain atau masing - masing pihak merasa dirugikan pihak lain, sehingga seseorang yang dirugikan merasa kurang enak, kurang bahagia atau bahkan membenci.
4. Perasaan Sensitif
Perasaan Sensitif yakni seseorang yang terlalu perasa, sehingga sering menyalah artikan tindakan orang lain. Contoh, mungkin tindakan seseorang wajar, tetapi oleh pihak lain dianggap merugikan.
Buat lebih berguna, kongsi: