Loading...

√ “Chemistry Of Life”

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Bahan kimia sering ditakuti oleh sebagian orang yang mungkin tidak mengerti kimia. Sebenarnya materi kimia mencakup semua benda yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Setiap benda di sekeliling kita, bahkan badan kita sendiri terdiri atas bahan-bahan kimia. Buku, udara, rumah, masakan dan minuman, semuanya termasuk materi kimia. Bahan kimia terdapat dimana-mana. Tentunya mustahil bila Anda tidak ingin menjumpai materi kimia, walaupun di ruang hampa.
Bahan kimia yang terdapat di sekitar kita, banyak yang berasal dari alam dan banyak pula yang dihasilkan oleh makhluk hidup. Batuan, besi, emas, kapas, gula, garam, semuanya yaitu rujukan materi kimia yang telah berabad-abad sangat besar peranannya terhadap kehidupan manusia. Bahan-bahan tersebut sanggup dipakai untuk membangun rumah, menciptakan pakaian, dan merupakan materi makanan.
Sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), telah ditemukan bahwa banyak materi alam yang secara hemat penting dan berguna, sanggup dibuat dari materi baku yang lebih murah sehingga lahirlah industri kimia. Dewasa ini IPTEK telah berbagi cara-cara untuk menciptakan materi dan zat kimia baru, yang sebelumnya tidak pernah ada. Nilon dan poliester yang dipakai untuk menciptakan serat, kemudian dipintal dan ditenun menjadi kain, merupakan suatu rujukan adanya suatu inovasi.
Bahan kimia di atas dikembangkan lantaran serat yang dibuat dari materi ini mempunyai beberapa sifat yang yang lebih unggul dibanding dengan sifat serat alam menyerupai kapas dan wol. Dewasa ini demikian banyaknya zat kimia sintetis yang dipakai dalam bidang kedokteran, industri dan rumah tangga. Oleh lantaran itu, sanggup Anda bayangkan apa yang akan terjadi bila kita mencoba untuk mengatasi kehidupan ini tanpa zat-zat tersebut.





1.2  Tujuan
·         Memahami maksud dari atom dan molekul dan peranannya sebagai dasar penyusun suatu organisme
·         Mengetahui definisi senyawa organik dan anorganik serta bisa menjelskan perbedaannya
·         Memahami apa yang dimaksud ikatan kovalen polar dan ikatan kovalen non polar sera bisa menjelaskan perbedaannya
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Atom dan Molekul  ( cuilan terkecil dari makhluk hidup)
Atom yaitu suatu satuan dasar materi, yang terdiri atas inti atom serta awan elektron bermuatan negatif yang mengelilinginya. Inti atom terdiri atas proton yang bermuatan positif, dan neutron yang bermuatan netral (kecuali pada inti atom Hidrogen-1, yang tidak mempunyai neutron). Elektron-elektron pada sebuah atom terikat pada inti atom oleh gaya elektromagnetik. Sekumpulan atom demikian pula sanggup berikatan satu sama lainnya, dan membentuk sebuah molekul. Atom yang mengandung jumlah proton dan elektron yang sama bersifat netral, sedangkan yang mengandung jumlah proton dan elektron yang berbeda bersifat positif atau negatif dan disebut sebagai ion. Atom dikelompokkan berdasarkan jumlah proton dan neutron yang terdapat pada inti atom tersebut. Jumlah proton pada atom memilih unsur kimia atom tersebut, dan jumlah neutron memilih isotop unsur tersebut.
Istilah atom berasal dari Bahasa Yunani (ἄτομος/átomos, α-τεμνω), yang berarti tidak sanggup dipotong ataupun sesuatu yang tidak sanggup dibagi-bagi lagi. Konsep atom sebagai komponen yang tak sanggup dibagi-bagi lagi pertama kali diajukan oleh para filsuf India dan Yunani. Pada era ke-17 dan ke-18, para kimiawan meletakkan dasar-dasar pemikiran ini dengan memperlihatkan bahwa zat-zat tertentu tidak sanggup dibagi-bagi lebih jauh lagi memakai metode-metode kimia. Selama simpulan era ke-19 dan awal era ke-20, para fisikawan berhasil menemukan struktur dan komponen-komponen subatom di dalam atom, menandakan bahwa 'atom' tidaklah tak sanggup dibagi-bagi lagi. Prinsip-prinsip mekanika kuantum yang dipakai para fisikawan kemudian berhasil memodelkan atom.[1]
Dalam pengamatan sehari-hari, secara relatif atom dianggap sebuah objek yang sangat kecil yang mempunyai massa yang secara proporsional kecil pula. Atom hanya sanggup dipantau dengan memakai peralatan khusus menyerupai mikroskop gaya atom. Lebih dari 99,9% massa atom berpusat pada inti atom,[catatan 1] dengan proton dan neutron yang bermassa hampir sama. Setiap unsur paling tidak mempunyai satu isotop dengan inti yang tidak stabil, yang sanggup mengalami peluruhan radioaktif.
Hal ini sanggup mengakibatkan transmutasi, yang mengubah jumlah proton dan neutron pada inti.[2] Elektron yang terikat pada atom mengandung sejumlah aras energi, ataupun orbital, yang stabil dan sanggup mengalami transisi di antara aras tersebut dengan menyerap ataupun memancarkan foton yang sesuai dengan perbedaan energi antara aras. Elektron pada atom memilih sifat-sifat kimiawi sebuah unsur, dan mempengaruhi sifat-sifat magnetis atom tersebut.
Molekul didefinisikan sebagai sekelompok atom (paling sedikit dua) yang saling berikatan dengan sangat kuat (kovalen) dalam susunan tertentu dan bermuatan netral serta cukup stabil.[1][2] Menurut definisi ini, molekul berbeda dengan ion poliatomik. Dalam kimia organik dan biokimia, istilah molekul dipakai secara kurang kaku, sehingga molekul organik dan biomolekul bermuatan pun dianggap termasuk molekul.
Dalam teori kinetika gas, istilah molekul sering dipakai untuk merujuk pada partikel gas apapun tanpa bergantung pada komposisinya.[3] Menurut definisi ini, atom-atom gas mulia dianggap sebagai molekul walaupun gas-gas tersebut terdiri dari atom tunggal yang tak berikatan.[4]
Sebuah molekul sanggup terdiri atom-atom yang berunsur sama (misalnya oksigen O2), ataupun terdiri dari unsur-unsur berbeda (misalnya air H2O). Atom-atom dan kompleks yang bekerjasama secara non-kovalen (misalnya terikat oleh ikatan hidrogen dan ikatan ion) secara umum tidak dianggap sebagai satu molekul tunggal
2.2 Senyawa Organik
Sudah semenjak zaman purba orang mengetahui bahwa badan makhluk hidup (manusia, tumbuhan, dan hewan) sanggup menghasilkan banyak sekali macam zat. Gula pasir didapat dari batang tebu, dan gula merah dihasilkan dari pohon enau. Beras dan gandum sanggup diuraikan oleh ragi menjadi alkohol.
Bangsa Mesir kuno sudah mengenal formalin, suatu zat pengawet yang dihasilkan oleh semut. Orang Mesopotamia dahulu memperoleh zat-zat pewarna dari binatang molluska. Pupuk urea didapatkan dengan menguapkan air seni (urine) mamalia. Kini kita mengetahui bahwa fosil tumbuhan dan binatang yang terpendam berabad-abad dalam tanah sanggup berkembang menjadi minyak bumi.
Menjelang simpulan era ke 18, para hebat kimia membagi senyawa-senyawa menjadi dua kelompok :
  1. Senyawa organik, yang dihasilkan oleh makhluk hidup (organisme)
  2. Senyawa anorganik, yang dihasilkan oleh benda mati (kulit bumi atau udara)
Istilah organik dan anorganik sendiri diusulkan oleh ilmuwan dari Swedia, Karl Wihem Scheele (1742 -1786) pada tahun 1780.
Pada tahun 1807, Jons Jakob Berzelius (1779-1848) mengeluarkan teori bahwa senyawa-senyawa organik hanya sanggup dibuat di dalam badan makhluk hidup dengan pinjaman “daya hidup” (Vis Vitalis dalam bahasa Latin). Dengan kata lain berdasarkan teori ini, senyawa organik mustahil sanggup dibuat dari senyawa anorganik di laboratorium.
Oleh lantaran Berzelius dipandang sebagai hebat kimia terbesar pada dikala itu, teorinya ini dianut oleh para ilmuwan lainnya tanpa ragu-ragu.
Namun teori “daya hidup” ini tak bertahan lama. Teori ini berhasil ditumbangkan oleh murid Berzelius sendiri yaitu Friedrich Wohler (1800 -1882) dari Jerman. Pada tahun 1827, Wohler mereaksikan perak sianat dengan amonium klorida untuk menciptakan amonium sianat.
AgOCN + NH4CL à NH4OCN + AgCl(s)
Ketika Wohler menguapkan pelarut air untuk memperoleh kristal padat amonium sianat, ternyata pemanasan yang terlalu usang mengakibatkan amonium sianat berkembang menjadi urea.
Penemuan Wohler itu menggemparkan dunia ilmu kimia, lantaran urea (senyawa organik) sanggup dibuat dari amonium sianat (senyawa anorganik), atau sebagaimana suara surat Wohler kepada Berzelius tertanggal 22 Februari 1828 : “Saya bisa menciptakan urea dalam tabung reaksi tanpa pinjaman ginjal binatang atau manusia“. Sejak dikala itu banyak senyawa organik yang diproduksi di laboratorium, bahkan para hebat kimia bisa mensintesis senyawa-senyawa organik yang baru.
1.      Karbohidrat
Karbohidrat ('hidrat dari karbon', hidrat arang) atau sakarida (dari bahasa Yunani σάκχαρον, sákcharon, berarti "gula") yaitu segolongan besar senyawa organik yang paling melimpah di bumi. Karbohidrat mempunyai banyak sekali fungsi dalam badan makhluk hidup, terutama sebagai bahan bakar (misalnya glukosa), cadangan masakan (misalnya pati pada tumbuhan dan glikogen pada hewan), dan materi pembangun (misalnya selulosa pada tumbuhan, kitin pada hewan dan jamur).[1] Pada proses fotosintesis, tetumbuhan hijau mengubah karbon dioksida menjadi karbohidrat.
Secara biokimia, karbohidrat yaitu polihidroksil-aldehida atau polihidroksil-keton, atau senyawa yang menghasilkan senyawa-senyawa ini bila dihidrolisis.[2] Karbohidrat mengandung gugus fungsi karbonil (sebagai aldehida atau keton) dan banyak gugus hidroksil. Pada awalnya, istilah karbohidrat dipakai untuk golongan senyawa yang mempunyai rumus (CH2O)n, yaitu senyawa-senyawa yang n atom karbonnya tampak terhidrasi oleh n molekul air.[3] Namun demikian, terdapat pula karbohidrat yang tidak mempunyai rumus demikian dan ada pula yang mengandung nitrogen, fosforus, atau sulfur.[2]
Bentuk molekul karbohidrat paling sederhana terdiri dari satu molekul gula sederhana yang disebut monosakarida, contohnya glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Banyak karbohidrat merupakan polimer yang tersusun dari molekul gula yang terangkai menjadi rantai yang panjang serta sanggup pula bercabang-cabang, disebut polisakarida, contohnya pati, kitin, dan selulosa. Selain monosakarida dan polisakarida, terdapat pula disakarida (rangkaian dua monosakarida) dan oligosakarida (rangkaian beberapa monosakarida).
 Peran dalam biosfer
Fotosintesis menyediakan masakan bagi hampir seluruh kehidupan di bumi, baik secara eksklusif atau tidak langsung. Organisme autotrof menyerupai tumbuhan hijau, bakteri, dan alga fotosintetik memanfaatkan hasil fotosintesis secara langsung. Sementara itu, hampir semua organisme heterotrof, termasuk manusia, benar-benar bergantung pada organisme autotrof untuk mendapat makanan.[4]
Pada proses fotosintesis, karbon dioksida diubah menjadi karbohidrat yang kemudian sanggup dipakai untuk mensintesis materi organik lainnya. Karbohidrat yang dihasilkan oleh fotosintesis ialah gula berkarbon tiga yang dinamai gliseraldehida 3-fosfat.menurut rozison (2009) Senyawa ini merupakan materi dasar senyawa-senyawa lain yang dipakai eksklusif oleh organisme autotrof, contohnya glukosa, selulosa, dan pati.

Peran sebagai materi bakar dan nutrisi

Kentang merupakan salah satu materi masakan yang mengandung banyak karbohidrat. Karbohidrat menyediakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan badan makhluk hidup. Monosakarida, khususnya glukosa, merupakan nutrien utama sel. Misalnya, pada vertebrata, glukosa mengalir dalam aliran darah sehingga tersedia bagi seluruh sel tubuh. Sel-sel badan tersebut menyerap glukosa dan mengambil tenaga yang tersimpan di dalam molekul tersebut pada proses respirasi seluler untuk menjalankan sel-sel tubuh. Selain itu, kerangka karbon monosakarida juga berfungsi sebagai materi baku untuk sintesis jenis molekul organik kecil lainnya, termasuk asam amino dan asam lemak.[1]
Sebagai nutrisi untuk manusia, 1 gram karbohidrat mempunyai nilai energi 4 Kalori.[5] Dalam hidangan masakan orang Asia Tenggara termasuk Indonesia, umumnya kandungan karbohidrat cukup tinggi, yaitu antara 70–80%. Bahan masakan sumber karbohidrat ini contohnya padi-padian atau serealia (gandum dan beras), umbi-umbian (kentang, singkong, ubi jalar), dan gula.[6]
Namun demikian, daya cerna badan insan terhadap karbohidrat majemuk bergantung pada sumbernya, yaitu bervariasi antara 90%–98%. Serat menurunkan daya cerna karbohidrat menjadi 85%.[7] Manusia tidak sanggup mencerna selulosa sehingga serat selulosa yang dikonsumsi insan hanya lewat melalui saluran pencernaan dan keluar bersama feses. Serat-serat selulosa mengikis dinding kanal pencernaan dan merangsangnya mengeluarkan lendir yang membantu masakan melewati kanal pencernaan dengan lancar sehingga selulosa disebut sebagai cuilan penting dalam hidangan masakan yang sehat. Contoh masakan yang sangat kaya akan serat selulosa ialah buah-buahan segar, sayur-sayuran, dan biji-bijian.[8]
Selain sebagai sumber energi, karbohidrat juga berfungsi untuk menjaga keseimbangan asam basa di dalam tubuh[rujukan?], berperan penting dalam proses metabolisme dalam tubuh, dan pembentuk struktur sel dengan mengikat protein dan lemak.

 Peran sebagai cadangan energi

Beberapa jenis polisakarida berfungsi sebagai materi simpanan atau cadangan, yang nantinya akan dihidrolisis untuk menyediakan gula bagi sel ketika diperlukan. Pati merupakan suatu polisakarida simpanan pada tumbuhan. Tumbuhan menumpuk pati sebagai granul atau butiran di dalam organel plastid, termasuk kloroplas. Dengan mensintesis pati, tumbuhan sanggup menimbun kelebihan glukosa. Glukosa merupakan materi bakar sel yang utama, sehingga pati merupakan energi cadangan.[9]
Sementara itu, binatang menyimpan polisakarida yang disebut glikogen. Manusia dan vertebrata lainnya menyimpan glikogen terutama dalam sel hati dan otot. Penguraian glikogen pada sel-sel ini akan melepaskan glukosa ketika kebutuhan gula meningkat. Namun demikian, glikogen tidak sanggup dipercaya sebagai sumber energi binatang untuk jangka waktu lama. Glikogen simpanan akan terkuras habis hanya dalam waktu sehari kecuali kalau dipulihkan kembali dengan mengonsumsi makanan.[9]

 Peran sebagai materi pembangun

Organisme membangun materi-materi kuat dari polisakarida struktural. Misalnya, selulosa ialah komponen utama dinding sel tumbuhan. Selulosa bersifat menyerupai serabut, liat, tidak larut di dalam air, dan ditemukan terutama pada tangkai, batang, dahan, dan semua cuilan berkayu dari jaringan tumbuhan.[10] Kayu terutama terbuat dari selulosa dan polisakarida lain, contohnya hemiselulosa dan pektin. Sementara itu, kapas terbuat hampir seluruhnya dari selulosa.
Polisakarida struktural penting lainnya ialah kitin, karbohidrat yang menyusun kerangka luar (eksoskeleton) arthropoda (serangga, laba-laba, crustacea, dan hewan-hewan lain sejenis). Kitin murni menyerupai mirip kulit, tetapi akan mengeras ketika dilapisi kalsium karbonat. Kitin juga ditemukan pada dinding sel banyak sekali jenis fungi.[8]
Sementara itu, dinding sel bakteri terbuat dari struktur adonan karbohidrat polisakarida dengan peptida, disebut peptidoglikan. Dinding sel ini membentuk suatu kulit kaku dan berpori membungkus sel yang memberi proteksi fisik bagi membran sel yang lunak dan sitoplasma di dalam sel.[11]
Karbohidrat struktural lainnya yang juga merupakan molekul adonan karbohidrat dengan molekul lain ialah proteoglikan, glikoprotein, dan glikolipid. Proteoglikan maupun glikoprotein terdiri atas karbohidrat dan protein, namun proteoglikan terdiri terutama atas karbohidrat, sedangkan glikoprotein terdiri terutama atas protein. Proteoglikan ditemukan contohnya pada perekat antarsel pada jaringan, tulang rawan, dan cairan sinovial yang melicinkan sendi otot. Sementara itu, glikoprotein dan glikolipid (gabungan karbohidrat dan lipid) banyak ditemukan pada permukaan sel hewan.[12] Karbohidrat pada glikoprotein umumnya berupa oligosakarida dan sanggup berfungsi sebagai penanda sel. Misalnya, empat golongan darah insan pada sistem ABO (A, B, AB, dan O) mencerminkan keragaman oligosakarida pada permukaan sel darah merah.[13]

 Klasifikasi karbohidrat

Monosakarida

Monosakarida merupakan karbohidrat paling sederhana lantaran molekulnya hanya terdiri atas beberapa atom C dan tidak sanggup diuraikan dengan cara hidrolisis menjadi karbohidrat lain. Monosakarida dibedakan menjadi aldosa dan ketosa. Contoh dari aldosa yaitu glukosa dan galaktosa. Contoh ketosa yaitu fruktosa.

 Disakarida dan oligosakarida

Disakarida merupakan karbohidrat yang terbentuk dari dua molekul monosakarida yang berikatan melalui gugus -OH dengan melepaskan molekul air. Contoh dari disakarida yaitu sukrosa, laktosa, dan maltosa.

 Polisakarida

Polisakarida merupakan karbohidrat yang terbentuk dari banyak sakarida sebagai monomernya. Rumus umum polisakarida yaitu C6(H10O5)n. Contoh polisakarida yaitu selulosa, glikogen, dan amilum.

2.      KARBON

Karbon merupakan unsur kimia yang mempunyai simbol C dan nomor atom 6 pada tabel periodik. Sebagai unsur golongan 14 pada tabel periodik, karbon merupakan unsur non-logam dan bervalensi 4 (tetravalen), yang berarti bahwa terdapat empat elektron yang sanggup dipakai untuk membentuk ikatan kovalen. Terdapat tiga macam isotop karbon yang ditemukan secara alami, yakni 12C dan 13C yang stabil, dan 14C yang bersifat radioaktif dengan waktu paruh peluruhannya sekitar 5730 tahun.[1] Karbon merupakan salah satu dari di antara beberapa unsur yang diketahui keberadaannya semenjak zaman kuno.[2][3] Istilah "karbon" berasal dari bahasa Latin carbo, yang berarti batu bara.
Karbon mempunyai beberapa jenis alotrop, yang paling populer yaitu grafit, intan, dan karbon amorf.[4] Sifat-sifat fisika karbon bervariasi bergantung pada jenis alotropnya. Sebagai contohnya, intan berwarna transparan, manakala grafit berwarna hitam dan kusam. Intan merupakan salah satu materi terkeras di dunia, manakala grafit cukup lunak untuk meninggalkan bekasnya pada kertas. Intan mempunyai konduktivitas listik yang sangat rendah, sedangkan grafit yaitu konduktor listrik yang sangat baik. Di bawah kondisi normal, intan mempunyai konduktivitas termal yang tertinggi di antara materi-materi lain yang diketahui. Semua alotrop karbon berbentuk padat dalam kondisi normal, tetapi grafit merupakan alotrop yang paling stabil secara termodinamik di antara alotrop-alotrop lainnya.
Semua alotrop karbon sangat stabil dan memerlukan suhu yang sangat tinggi untuk bereaksi, bahkan dengan oksigen. Keadaan oksidasi karbon yang paling umumnya ditemukan yaitu +4, manakala +2 dijumpai pada karbon monoksida dan senyawa kompleks logam transisi lainnya. Sumber karbon anorganik terbesar terdapat pada batu kapur, dolomit, dan karbon dioksida, sedangkan sumber organik terdapat pada batu bara, tanah gambut, minyak bumi, dan klatrat metana. Karbon sanggup membentuk lebih banyak senyawa daripada unsur-unsur lainnya, dengan hampir 10 juta senyawa organik murni yang telah dideskripsikan hingga sekarang.[5]
Karbon yaitu unsur paling berlimpah ke-15 di kerak Bumi dan ke-4 di alam semesta. Karbon terdapat pada semua jenis makhluk hidup, dan pada manusia, karbon merupakan unsur paling berlimpah kedua (sekitar 18,5%) sesudah oksigen.[6] Keberlimpahan karbon ini, bersamaan dengan keanekaragaman senyawa organik dan kemampuannya membentuk polimer menciptakan karbon sebagai unsur dasar kimiawi kehidupan. Unsur ini yaitu unsur yang paling stabil diantara unsur-unsur yang lain, sehingga dijadikan patokan dalam mengukur satuan massa atom.
3.      LEMAK
Lemak (bahasa Inggris: fat) merujuk pada sekelompok besar molekul-molekul alam yang terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen mencakup asam lemak, malam, sterol, vitamin-vitamin yang larut di dalam lemak (contohnya A, D, E, dan K), monogliserida, digliserida, fosfolipid, glikolipid, terpenoid (termasuk di dalamnya getah dan steroid) dan lain-lain.
Lemak secara khusus menjadi sebutan bagi minyak hewani pada suhu ruang, lepas dari wujudnya yang padat maupun cair, yang terdapat pada jaringan badan yang disebut adiposa.
Pada jaringan adiposa, sel lemak mengeluarkan hormon leptin dan resistin yang berperan dalam sistem kekebalan, hormon sitokina yang berperan dalam komunikasi antar sel. Hormon sitokina yang dihasilkan oleh jaringan adiposa secara khusus disebut hormon adipokina, antara lain kemerin, interleukin-6, plasminogen activator inhibitor-1, retinol binding protein 4 (RBP4), tumor necrosis factor-alpha (TNFα), visfatin, dan hormon metabolik menyerupai adiponektin dan hormon adipokinetik.

Sifat dan Ciri ciri

Karena struktur molekulnya yang kaya akan rantai unsur karbon(-CH2-CH2-CH2-)maka lemak mempunyai sifat hydrophob. Ini menjadi alasan yang menjelaskan sulitnya lemak untuk larut di dalam air. Lemak sanggup larut hanya di larutan yang apolar atau organik seperti: eter, Chloroform, atau benzol.
Fungsi
Secara umum sanggup dikatakan bahwa lemak memenuhi fungsi dasar bagi manusia, yaitu:
  1. Menjadi cadangan energi dalam bentuk sel lemak. 1 gram lemak menghasilkan 39.06 kjoule atau 9,3 kcal.
  2. Lemak mempunyai fungsi selular dan komponen struktural pada membran sel yang berkaitan dengan karbohidrat dan protein demi menjalankan aliran air, ion dan molekul lain, keluar dan masuk ke dalam sel.
  3. Menopang fungsi senyawa organik sebagai penghantar sinyal, menyerupai pada prostaglandin dan steroid hormon dan kelenjar empedu.
  4. Menjadi suspensi bagi vitamin A, D, E dan K yang mempunyai kegunaan untuk proses biologis
  5. Berfungsi sebagai penahan goncangan demi melindungi organ vital dan melindungi badan dari suhu luar yang kurang bersahabat.
Lemak juga merupakan sarana sirkulasi energi di dalam badan dan komponen utama yang membentuk membran semua jenis sel.

 Membran

Sel eukariotik disekat-sekat menjadi organel ikatan-membran yang melaksanakan fungsi biologis yang berbeda-beda. Gliserofosfolipid yaitu komponen struktural utama dari membran biologis, contohnya membran plasma selular dan membran organel intraselular; di dalam sel-sel hewani membran plasma secara fisik memisahkan komponen intraselular dari lingkungan ekstraselular. Gliserofosfolipid yaitu molekul amfipatik (mengandung wilayah hidrofobik dan hidrofilik) yang mengandung inti gliserol yang terkait dengan dua "ekor" turunan asam lemak oleh ikatan-ikatan ester dan ke satu gugus "kepala" oleh suatu ikatan ester fosfat. Sementara gliserofosfolipid yaitu komponen utama membran biologis, komponen lipid non-gliserida lainnya menyerupai sfingomielin dan sterol (terutama kolesterol di dalam membran sel hewani) juga ditemukan di dalam membran biologis. Di dalam tumbuhan dan alga, galaktosildiasilgliserol, dan sulfokinovosildiasilgliserol yang kekurangan gugus fosfat, yaitu komponen penting dari membran kloroplas dan organel yang bekerjasama dan merupakan lipid yang paling melimpah di dalam jaringan fotosintesis, termasuk tumbuhan tinggi, alga, dan kuman tertentu.
Dwilapis telah ditemukan untuk memamerkan tingkat-tingkat tinggi dari keterbiasan ganda yang sanggup dipakai untuk menyidik derajat keterurutan (atau kekacauan) di dalam dwilapis memakai teknik menyerupai interferometri polarisasi ganda.
Organisasi-mandiri fosfolipid: liposom bulat, misel, dan dwilapis lipid
Cadangan energi
Triasilgliserol, tersimpan di dalam jaringan adiposa, yaitu bentuk utama dari cadangan energi di badan hewan. Adiposit, atau sel lemak, dirancang untuk sintesis dan pemecahan sinambung dari triasilgliserol, dengan pemecahan terutama dikendalikan oleh aktivasi enzim yang peka-hormon, lipase. Oksidasi lengkap asam lemak memperlihatkan materi yang tinggi kalori, kira-kira 9 kkal/g, dibandingkan dengan 4 kkal/g untuk pemecahan karbohidrat dan protein. Burung pehijrah yang harus terbang pada jarak jauh tanpa makan memakai cadangan energi triasilgliserol untuk membahanbakari perjalanan mereka.

Pensinyalan

Di beberapa tahun terakhir, bukti telah mengemuka memperlihatkan bahwa pensinyalan lipid yaitu cuilan penting dari pensinyalan sel. Pensinyalan lipid sanggup muncul melalui aktivasi reseptor protein G berpasangan atau reseptor nuklir, dan anggota-anggota beberapa kategori lipid yang berbeda telah dikenali sebagai molekul-molekul pensinyalan dan sistem kurir kedua. Semua ini mencakup sfingosina-1-fosfat, sfingolipid yang diturunkan dari seramida yaitu molekul kurir potensial yang terlibat di dalam pengaturan pergerakan kalsium,pertumbuhan sel, dan apoptosis; diasilgliserol (DAG) dan fosfatidilinositol fosfat (PIPs), yang terlibat di dalam aktivasi protein kinase C yang dimediasi kalsium;prostaglandin, yang merupakan satu jenis asam lemak yang diturunkan dari eikosanoid yang terlibat di dalam radang and kekebalan; hormon steroid menyerupai estrogen, testosteron, dan kortisol, yang memodulasi fungsi reproduksi, metabolisme, dan tekanan darah; dan oksisterol menyerupai 25-hidroksi-kolesterol yakni agonis reseptor X hati.
Fungsi lainnya
Vitamin-vitamin yang "larut di dalam lemak" (A, D, E, dan K1) – yang merupakan lipid berbasis isoprena – gizi esensial yang tersimpan di dalam jaringan lemak dan hati, dengan rentang fungsi yang berbeda-beda. Asil-karnitina terlibat di dalam pengangkutan dan metabolisme asam lemak di dalam dan di luar mitokondria, di mana mereka mengalami oksidasi beta. Poliprenol dan turunan terfosforilasi juga memainkan tugas pengangkutan yang penting, di dalam kasus ini pengangkutan oligosakarida melalui membran. Fungsi gula fosfat poliprenol dan gula difosfat poliprenol di dalam reaksi glikosilasi ekstra-sitoplasmik, di dalam biosintesis polisakarida ekstraselular (misalnya, polimerisasi peptidoglikan di dalam bakteri), dan di dalam protein eukariotik N-glikosilasi. Kardiolipin yaitu sub-kelas gliserofosfolipid yang mengandung empat rantai asil dan tiga gugus gliserol yang tersedia melimpah khususnya pada membran mitokondria cuilan dalam. Mereka diyakini mengaktivasi enzim-enzim yang terlibat dengan fosforilasi oksidatif.

 Metabolisme

Lemak yang menjadi masakan bagi insan dan binatang lain yaitu trigliserida, sterol, dan fosfolipid membran yang ada pada binatang dan tumbuhan. Proses metabolisme lipid menyintesis dan mengurangi cadangan lipid dan menghasilkan karakteristik lipid fungsional dan struktural pada jaringan individu.

Biosintesis

Karena irama laju asupan karbohidrat yang cukup tinggi bagi makhluk hidup, maka asupan tersebut harus segera diolah oleh tubuh, menjadi energi maupun disimpan sebagai glikogen. Asupan yang baik terjadi pada dikala energi yang terkandung dalam karbohidrat setara dengan energi yang dibutuhkan oleh tubuh, dan sangat sulit untuk menggapai keseimbangan ini. Ketika asupan karbohidrat menjadi berlebih, maka kelebihan itu akan diubah menjadi lemak. Metabolisme yang terjadi dimulai dari:
Sementara itu:
  • lemak yang terkandung di dalam materi masakan juga dicerna dengan asam empedu menjadi misel.
  • Misel akan diproses oleh enzim lipase yang disekresi pankreas menjadi asam lemak, gliserol, kemudian masuk melewati celah membran intestin.
  • Setelah melewati dinding usus, asam lemak dan gliserol ditangkap oleh kilomikron dan disimpan di dalam vesikel. Pada vesikel ini terjadi reaksi esterifikasi dan konversi menjadi lipoprotein. Kelebihan lemak darah, akan disimpan di dalam jaringan adiposa, sementara yang lain akan terkonversi menjadi trigliserida, HDL dan LDL. Lemak darah yaitu sebuah istilah ambiguitas yang merujuk pada trigliserida sebagai lemak hasil proses pencernaan, sama menyerupai penggunaan istilah gula darah walaupun:
    • trigliserida terjadi lantaran proses ester di dalam vesikel kilomikron
    • lemak yang dihasilkan oleh proses pencernaan yaitu banyak sekali macam asam lemak dan gliserol.
Kejadian ini melibatkan sintesis asam lemak dari asetil-KoA dan esterifikasi asam lemak pada dikala pembuatan triasilgliserol, suatu proses yang disebut lipogenesis atau sintesis asam lemak. Asam lemak dibuat oleh sintasa asam lemak yang mempolimerisasi dan kemudian mereduksi satuan-satuan asetil-KoA. Rantai asil pada asam lemak diperluas oleh suatu daur reaksi yang menambahkan gugus asetil, mereduksinya menjadi alkohol, mendehidrasinya menjadi gugus alkena dan kemudian mereduksinya kembali menjadi gugus alkana. Enzim-enzim biosintesis asam lemak dibagi ke dalam dua gugus, di dalam binatang dan fungi, semua reaksi sintasa asam lemak ini ditangani oleh protein tunggal multifungsi, sedangkan di dalam tumbuhan, plastid dan kuman memisahkan kinerja enzim tiap-tiap langkah di dalam lintasannya. Asam lemak sanggup diubah menjadi triasilgliserol yang terbungkus di dalam lipoprotein dan disekresi dari hati.
Sintesis asam lemak tak jenuh melibatkan reaksi desaturasa, di mana ikatan ganda diintroduksi ke dalam rantai asil lemak. Misalnya, pada manusia, desaturasi asam stearat oleh stearoil-KoA desaturasa-1 menghasilkan asam oleat. Asam lemak tak jenuh ganda-dua (asam linoleat) juga asam lemak tak jenuh ganda-tiga (asam linolenat) tidak sanggup disintesis di dalam jaringan mamalia, dan oleh lantaran itu asam lemak esensial dan harus diperoleh dari makanan.
Sintesis triasilgliserol terjadi di dalam retikulum endoplasma oleh lintasan metabolisme di mana gugus asil di dalam asil lemak-KoA dipindahkan ke gugus hidroksil dari gliserol-3-fosfat dan diasilgliserol.
Terpena dan terpenoid, termasuk karotenoid, dibuat oleh perakitan dan modifikasi satuan-satuan isoprena yang disumbangkan dari prekursor reaktif isopentenil pirofosfat dan dimetilalil pirofosfat. Prekursor ini sanggup dibuat dengan cara yang berbeda-beda. Pada binatang dan archaea, lintasan mevalonat menghasilkan senyawa ini dari asetil-KoA. sedangkan pada tumbuhan dan kuman lintasan non-mevalonat memakai piruvat dan gliseraldehida 3-fosfat sebagai substratnya. Satu reaksi penting yang memakai donor isoprena aktif ini yaitu biosintesis steroid. Di sini, satuan-satuan isoprena digabungkan untuk menciptakan skualena dan kemudian dilipat dan dibuat menjadi sehimpunan cincin untuk menciptakan lanosterol. Lanosterol kemudian sanggup diubah menjadi steroid, menyerupai kolesterol dan ergosterol.

Degradasi

Oksidasi beta yaitu proses metabolisme di mana asam lemak dipecah di dalam mitokondria dan/atau di dalam peroksisoma untuk menghasilkan asetil-KoA. Sebagian besar, asam lemak dioksidasi oleh suatu prosedur yang sama, tetapi tidak serupa dengan, kebalikan proses sintesis asam lemak. Yaitu, pecahan berkarbon dua dihilangkan berturut-turut dari ujung karboksil dari asam itu sesudah langkah-langkah dehidrogenasi, hidrasi, dan oksidasi untuk membentuk asam keto-beta, yang dipecah dengan tiolisis. Asetil-KoA kemudian diubah menjadi Adenosina trifosfat, CO2, dan H2O memakai daur asam sitrat dan rantai pengangkutan elektron. Energi yang diperoleh dari oksidasi tepat asam lemak palmitat yaitu 106 ATP. Asam lemak rantai-ganjil dan tak jenuh memerlukan langkah enzimatik tambahan untuk degradasi.
4.     Protein
Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") yaitu senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang-kadang sulfur serta fosfor. Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus.
Kebanyakan protein merupakan enzim atau subunit enzim. Jenis protein lain berperan dalam fungsi struktural atau mekanis, menyerupai contohnya protein yang membentuk batang dan sendi sitoskeleton. Protein terlibat dalam sistem kekebalan (imun) sebagai antibodi, sistem kendali dalam bentuk hormon, sebagai komponen penyimpanan (dalam biji) dan juga dalam transportasi hara. Sebagai salah satu sumber gizi, protein berperan sebagai sumber asam amino bagi organisme yang tidak bisa membentuk asam amino tersebut (heterotrof).
Protein merupakan salah satu dari biomolekul raksasa, selain polisakarida, lipid, dan polinukleotida, yang merupakan penyusun utama makhluk hidup. Selain itu, protein merupakan salah satu molekul yang paling banyak diteliti dalam biokimia. Protein ditemukan oleh Jöns Jakob Berzelius pada tahun 1838.
Biosintesis protein alami sama dengan ekspresi genetik. Kode genetik yang dibawa DNA ditranskripsi menjadi RNA, yang berperan sebagai cetakan bagi translasi yang dilakukan ribosom.[1] Sampai tahap ini, protein masih "mentah", hanya tersusun dari asam amino proteinogenik. Melalui prosedur pascatranslasi, terbentuklah protein yang mempunyai fungsi penuh secara biologi.[2][3]

Struktur

Struktur tersier protein. Protein ini mempunyai banyak struktur sekunder beta-sheet dan alpha-helix yang sangat pendek. Model dibuat dengan memakai koordinat dari Bank Data Protein (nomor 1EDH).
Struktur protein sanggup dilihat sebagai hirarki, yaitu berupa struktur primer (tingkat satu), sekunder (tingkat dua), tersier (tingkat tiga), dan kuartener (tingkat empat):[4][5]
  • struktur primer protein merupakan urutan asam amino penyusun protein yang dihubungkan melalui ikatan peptida (amida). Frederick Sanger merupakan ilmuwan yang berjasa dengan temuan metode penentuan deret asam amino pada protein, dengan penggunaan beberapa enzim protease yang mengiris ikatan antara asam amino tertentu, menjadi fragmen peptida yang lebih pendek untuk dipisahkan lebih lanjut dengan pinjaman kertas kromatografik. Urutan asam amino memilih fungsi protein, pada tahun 1957, Vernon Ingram menemukan bahwa translokasi asam amino akan mengubah fungsi protein, dan lebih lanjut memicu mutasi genetik.
  • struktur sekunder protein yaitu struktur tiga dimensi lokal dari banyak sekali rangkaian asam amino pada protein yang distabilkan oleh ikatan hidrogen. Berbagai bentuk struktur sekunder contohnya ialah sebagai berikut:
    • alpha helix (α-helix, "puntiran-alfa"), berupa pilinan rantai asam-asam amino berbentuk menyerupai spiral;
    • beta-sheet (β-sheet, "lempeng-beta"), berupa lembaran-lembaran lebar yang tersusun dari sejumlah rantai asam amino yang saling terikat melalui ikatan hidrogen atau ikatan tiol (S-H);
    • beta-turn, (β-turn, "lekukan-beta"); dan
    • gamma-turn, (γ-turn, "lekukan-gamma").[4]
  • struktur tersier yang merupakan adonan dari aneka ragam dari struktur sekunder. Struktur tersier biasanya berupa gumpalan. Beberapa molekul protein sanggup berinteraksi secara fisik tanpa ikatan kovalen membentuk oligomer yang stabil (misalnya dimer, trimer, atau kuartomer) dan membentuk struktur kuartener.
  • contoh struktur kuartener yang populer yaitu enzim Rubisco dan insulin.
Struktur primer protein bisa ditentukan dengan beberapa metode: (1) hidrolisis protein dengan asam kuat (misalnya, 6N HCl) dan kemudian komposisi asam amino ditentukan dengan instrumen amino acid analyzer, (2) analisis sekuens dari ujung-N dengan memakai degradasi Edman, (3) kombinasi dari digesti dengan tripsin dan spektrometri massa, dan (4) penentuan massa molekular dengan spektrometri massa.
Struktur sekunder bisa ditentukan dengan memakai spektroskopi circular dichroism (CD) dan Fourier Transform Infra Red (FTIR).[6] Spektrum CD dari puntiran-alfa memperlihatkan dua absorbans negatif pada 208 dan 220 nm dan lempeng-beta memperlihatkan satu puncak negatif sekitar 210-216 nm. Estimasi dari komposisi struktur sekunder dari protein bisa dikalkulasi dari spektrum CD. Pada spektrum FTIR, pita amida-I dari puntiran-alfa berbeda dibandingkan dengan pita amida-I dari lempeng-beta. Jadi, komposisi struktur sekunder dari protein juga bisa diestimasi dari spektrum inframerah.
Struktur protein lainnya yang juga dikenal yaitu domain. Struktur ini terdiri dari 40-350 asam amino. Protein sederhana umumnya hanya mempunyai satu domain. Pada protein yang lebih kompleks, ada beberapa domain yang terlibat di dalamnya. Hubungan rantai polipeptida yang berperan di dalamnya akan menimbulkan sebuah fungsi gres berbeda dengan komponen penyusunnya. Bila struktur domain pada struktur kompleks ini berpisah, maka fungsi biologis masing-masing komponen domain penyusunnya tidak hilang. Inilah yang membedakan struktur domain dengan struktur kuartener. Pada struktur kuartener, sesudah struktur kompleksnya berpisah, protein tersebut tidak fungsional.
5.      Asam nukleat
                                Asam nukleat merupakan salah satu makromolekul yang memegang peranan sangat penting dalam kehidupan organisme lantaran di dalamnya tersimpan informasi genetik. Asam nukleat sering dinamakan juga polinukleotida lantaran tersusun dari sejumlah molekul nukleotida sebagai monomernya. Tiap nukleotida mempunyai struktur yang terdiri atas gugus fosfat, gula pentosa, dan basa nitrogen atau basa nukleotida (basa N).
                                Ada dua macam asam nukleat, yaitu asam deoksiribonukleat atau deoxyribonucleic acid (DNA) dan asam ribonukleat atau ribonucleic acid (RNA). Dilihat dari strukturnya, perbedaan di antara kedua macam asam nukleat ini terutama terletak pada komponen gula pentosanya. Pada RNA gula pentosanya yaitu ribosa, sedangkan pada DNA gula pentosanya mengalami kehilangan satu atom O pada posisi C nomor 2’ sehingga dinamakan gula 2’-deoksiribosa.
                                Perbedaan struktur lainnya antara DNA dan RNA yaitu pada basa N-nya. Basa N, baik pada DNA maupun pada RNA, mempunyai struktur berupa cincin aromatik heterosiklik (mengandung C dan N) dan sanggup dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu purin dan pirimidin. Basa purin mempunyai dua buah cincin (bisiklik), sedangkan basa pirimidin hanya mempunyai satu cincin (monosiklik). Pada DNA, dan juga RNA, purin terdiri atas adenin (A) dan guanin (G). Akan tetapi, untuk pirimidin ada perbedaan antara DNA dan RNA. Kalau pada DNA basa pirimidin terdiri atas sitosin (C) dan timin (T), pada RNA tidak ada timin dan sebagai gantinya terdapat urasil (U). Timin berbeda dengan urasil hanya lantaran adanya gugus metil pada posisi nomor 5 sehingga timin sanggup juga dikatakan sebagai 5-metilurasil.

                     Komponen-komponen asam nukleat
a).  gugus fosfat
b).  gula pentosa 
c).  basa N
Nukleosida dan nukleotida
Penomoran posisi atom C pada cincin gula dilakukan memakai tanda aksen (1’, 2’, dan seterusnya), sekedar untuk membedakannya dengan penomoran posisi pada cincin basa. Posisi 1’ pada gula akan berikatan dengan posisi 9 (N-9) pada basa purin atau posisi 1 (N-1) pada basa pirimidin melalui ikatan glikosidik atau glikosilik (Gambar 2.2).  Kompleks gula-basa ini dinamakan nukleosida.
Jika gula pentosanya yaitu ribosa menyerupai halnya pada RNA, maka nukleosidanya sanggup berupa adenosin, guanosin, sitidin, dan uridin. Begitu pula, nukleotidanya akan ada empat macam, yaitu adenosin monofosfat, guanosin monofosfat, sitidin monofosfat, dan uridin monofosfat. Sementara itu, jikalau gula pentosanya yaitu deoksiribosa menyerupai halnya pada DNA, maka (2’-deoksiribo) nukleosidanya terdiri atas deoksiadenosin, deoksiguanosin, deoksisitidin, dan deoksitimidin.

Ikatan fosfodiester
Selain ikatan glikosidik yang menghubungkan gula pentosa dengan basa N, pada asam nukleat terdapat pula ikatan kovalen melalui gugus fosfat yang menghubungkan antara gugus hidroksil (OH) pada posisi 5’ gula pentosa dan gugus hidroksil pada posisi 3’ gula pentosa nukleotida berikutnya. Ikatan ini dinamakan ikatan fosfodiester karena secara kimia gugus fosfat berada dalam bentuk diester.
Oleh lantaran ikatan fosfodiester menghubungkan gula pada suatu nukleotida dengan gula pada nukleotida berikutnya, maka ikatan ini sekaligus menghubungkan kedua nukleotida yang berurutan tersebut. Dengan demikian, akan terbentuk suatu rantai polinukleotida yang masing-masing nukleotidanya satu sama lain dihubungkan oleh ikatan fosfodiester.
Pada pH netral adanya gugus fosfat akan mengakibatkan asam nukleat bermuatan negatif. Inilah alasan pemberian nama ’asam’ kepada molekul polinukleotida meskipun di dalamnya juga terdapat banyak basa N. Kenyataannya, asam nukleat memang merupakan anion asam kuat atau merupakan polimer yang sangat bermuatan negatif.

Struktur tangga berpilin (double helix) DNA
Model tangga berpilin menggambarkan struktur molekul DNA sebagai dua rantai polinukleotida yang saling memilin membentuk spiral dengan arah pilinan ke kanan.  Fosfat dan gula pada masing-masing rantai menghadap ke arah luar sumbu pilinan, sedangkan basa N menghadap ke arah dalam sumbu pilinan dengan susunan yang sangat khas sebagai pasangan – pasangan basa antara kedua rantai. Dalam hal ini, basa A pada satu rantai akan berpasangan dengan basa T pada rantai lainnya, sedangkan basa G berpasangan dengan basa C. Pasangan-pasangan basa ini dihubungkan oleh ikatan hidrogen yang lemah (nonkovalen). Basa A dan T dihubungkan oleh ikatan hidrogen rangkap dua, sedangkan basa G dan C dihubungkan oleh ikatan hidrogen rangkap tiga. Adanya ikatan hidrogen tersebut menjadikan kedua rantai polinukleotida terikat satu sama lain dan saling komplementer. Artinya, begitu sekuens basa pada salah satu rantai diketahui, maka sekuens pada rantai yang lainnya sanggup ditentukan.
Jarak antara dua pasangan basa yang berurutan yaitu 0,34 nm. Sementara itu, di dalam setiap putaran spiral terdapat 10 pasangan basa sehingga jarak antara dua basa yang tegak lurus di dalam masing-masing rantai menjadi 3,4 nm. DNA semacam ini dikatakan berada dalam bentuk B atau bentuk yang sesuai dengan model orisinil Watson-Crick. Bentuk yang lain, contohnya bentuk A, akan dijumpai jikalau DNA berada dalam medium dengan kadar garam tinggi.

Modifikasi struktur molekul RNA
Tidak menyerupai DNA, molekul RNA pada umumnya berupa untai tunggal sehingga tidak mempunyai struktur tangga berpilin. Namun, modifikasi struktur juga terjadi akhir terbentuknya ikatan hidrogen di dalam untai tunggal itu sendiri (intramolekuler).
Dengan adanya modifikasi struktur molekul RNA, kita mengenal tiga macam RNA, yaitu RNA duta atau messenger RNA (mRNA), RNA pemindah atau transfer RNA (tRNA), dan RNA ribosomal (rRNA). Struktur mRNA dikatakan sebagai struktur primer, sedangkan struktur tRNA dan rRNA dikatakan sebagai struktur sekunder. Perbedaan di antara ketiga struktur molekul RNA tersebut berkaitan dengan perbedaan fungsinya masing-masing.

Sifat-sifat Fisika-Kimia Asam Nukleat
Beberapa sifat fisika-kimia asam nukleat. Sifat-sifat tersebut yaitu stabilitas asam nukleat, imbas asam, imbas alkali, denaturasi kimia, viskositas, dan kerapatan apung.

Stabilitas asam nukleat
Ketika kita melihat struktur tangga berpilin molekul DNA atau pun struktur sekunder RNA, sepintas akan nampak bahwa struktur tersebut menjadi stabil akhir adanya ikatan hidrogen di antara basa-basa yang berpasangan. Padahal, bergotong-royong tidaklah demikian. Ikatan hidrogen di antara pasangan-pasangan basa hanya akan sama kuatnya dengan ikatan hidrogen antara basa dan molekul air apabila DNA berada dalam bentuk rantai tunggal. Jadi, ikatan hidrogen terang tidak besar lengan berkuasa terhadap stabilitas struktur asam nukleat, tetapi sekedar memilih spesifitas perpasangan basa. 
Penentu stabilitas struktur asam nukleat terletak pada interaksi penempatan (stacking interactions) antara pasangan-pasangan basa. Permukaan basa yang bersifat hidrofobik mengakibatkan molekul-molekul air dikeluarkan dari sela-sela perpasangan basa sehingga perpasangan tersebut menjadi kuat. 

Pengaruh asam
Di dalam asam pekat dan suhu tinggi, contohnya HClO4 dengan suhu lebih dari 100ºC, asam nukleat akan mengalami hidrolisis tepat menjadi komponen-komponennya. Namun, di dalam asam mineral yang lebih encer, hanya ikatan glikosidik antara gula dan basa purin saja yang putus sehingga asam nukleat dikatakan bersifat apurinik.
           
Pengaruh alkali
Pengaruh alkali terhadap asam nukleat mengakibatkan terjadinya perubahan status tautomerik basa. Sebagai contoh, peningkatan pH akan mengakibatkan perubahan struktur guanin dari bentuk keto menjadi bentuk enolat lantaran molekul tersebut kehilangan sebuah proton. Selanjutnya, perubahan ini akan mengakibatkan terputusnya sejumlah ikatan hidrogen sehingga pada jadinya rantai ganda DNA mengalami denaturasi. Hal yang sama terjadi pula pada RNA. Bahkan pada pH netral sekalipun, RNA jauh lebih rentan terhadap hidrolisis bila dibadingkan dengan DNA lantaran adanya gugus OH pada atom C nomor 2 di dalam gula ribosanya.

Denaturasi kimia
Sejumlah materi kimia diketahui sanggup mengakibatkan denaturasi asam nukleat pada pH netral. Contoh yang paling dikenal yaitu urea (CO(NH2)2) dan formamid (COHNH2). Pada konsentrasi yang relatif tinggi, senyawa-senyawa tersebut sanggup merusak ikatan hidrogen. Artinya, stabilitas struktur sekunder asam nukleat menjadi berkurang dan rantai ganda mengalami denaturasi.

Viskositas
DNA kromosom dikatakan mempunyai nisbah aksial yang sangat tinggi lantaran diameternya hanya sekitar 2 nm, tetapi panjangnya sanggup mencapai beberapa sentimeter. Dengan demikian, DNA tersebut berbentuk tipis memanjang. Selain itu, DNA merupakan molekul yang relatif kaku sehingga larutan DNA akan mempunyai viskositas yang tinggi. Karena sifatnya itulah molekul DNA menjadi sangat rentan terhadap fragmentasi fisik. Hal ini menimbulkan problem tersendiri ketika kita hendak melaksanakan isolasi DNA yang utuh.

Kerapatan apung
Analisis dan pemurnian DNA sanggup dilakukan sesuai dengan kerapatan apung (bouyant density)-nya. Di dalam larutan yang mengandung garam pekat dengan berat molekul tinggi, contohnya sesium klorid (CsCl) 8M, DNA mempunyai kerapatan yang sama dengan larutan tersebut, yakni sekitar 1,7 g/cm3.  Jika larutan ini disentrifugasi dengan kecepatan yang sangat tinggi, maka garam CsCl yang pekat akan bermigrasi ke dasar tabung dengan membentuk gradien kerapatan. Begitu juga, sampel DNA akan bermigrasi menuju posisi gradien yang sesuai dengan kerapatannya. Teknik ini dikenal sebagai sentrifugasi seimbang dalam tingkat kerapatan (equilibrium density gradient centrifugation) atau sentrifugasi isopiknik.

2.4  Polar dan Non-polar
 Ikatan kovalen polar
Ikatan kovalen polar yaitu suatu ikatan kovalen dimana elektron-elektron yang membentuk ikatan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berputar dan berkeliling disekitar salah satu atom. Pada molekul HCl elektron yang berikatan akan lebih dekat kepada atom klor daripada Hidrogen. Polaritas ikatan ini sanggup digambarkan dalam bentuk panah atau symbol δ+ , δ-. δ+ yaitu tanda bahwa atom lebih bersifat elektropositif di banding dengan atom yang menjadi pasangannya. δ- berarti bahaw atom lebih bersifat elektronegatif daripada atom yang menjadi pasangan ikatannya.
Ikatan kovalen nonpolar
Kovalen murni (non polar) yaitu mempunyai ciri Titik muatan negatif elektron komplotan berhimpit, sehingga pada molekul pembentukuya tidak terjadi momen dipol, dengan perkataan lain bahwa elektron komplotan mendapat gaya tarik yang sama

Struktur H2 dan CO2 yaitu rujukan ikatan kimia non polar lantaran daya tariknya seimbang baik antara H dengan H atau antar O dengan C kiri dan kanan seimbang. Sehingga momen dipolnya menjadi nol.  Contoh lain yaitu senyawa CH4, H2, O2, Br2 dan lain-lain

Perbedaan Senyawa Polar dan Non-polar
Senyawa polar dan non polar
Ciri-ciri senyawa polar :
·      dapat larut dalam air dan pelarut polar laiN
·      memiliki kutub + dan kutub - , akhir tidak meratanya distribusi elektron
 memiliki pasangan elektron bebas (bila bentuk molekul diketahui) atau mempunyai perbedaan keelektronegatifan
Contoh : alkohol, HCl, PCl3, H2O, N2O5

Ciri-ciri senyawa non polar :
·      tidak larut dalam air dan pelarut polar lain
·      Tidak mempunyai kutub + dan kutub - , akhir meratanya distribusi elektron tidak mempunyai pasangan elektron bebas (bila bentuk molekul diketahui) atau keelektronegatifannya sama
Contoh : Cl2, PCl5, H2, N2

Ukuran Kuantitatif Titik Didih Senyawa Kovalen
* Senyawa polar titik didihnya lebih tinggi daripada senyawa non polar
·   Urutan titik didih, ikatan hidrogen > dipol-dipol > non polar-non polar atau ikatan hidrogen > Van der Waals > gaya London
·   Bila sama-sama polar/non polar, yang Mr besar titik didihnya lebih besar
Untuk senyawa karbon Mr sama, rantai C memanjang titik didih > rantai bercabang (bulat).
BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan

Atom yaitu suatu satuan dasar materi, yang terdiri atas inti atom serta awan elektron bermuatan negatif yang mengelilinginya dan atom sebagai cikal-bakal pembentukan makhluk hidup di muka bumi.
Bahwa setiap makhluk hidup bergotong-royong yaitu terbuat dari atom yaitu suatu partikel2 yang sangat kecil dan jadinya terus berkembang dan berkembang, dari yang kecil melaksanakan perubahan kimia sehingga bisa menjadi lebih besar dan terus membesar.
Kelompok-kelompok utama senyawa organik sejauh kehidupan yang bersangkutan yaitu semua dibangun di sekitar atom karbon:
·      Karbohidrat
·      Lemak
·      Karbon
·      Protein
·      Asam nukleat

Ikatan kovalen polar yaitu suatu ikatan kovalen dimana elektron-elektron yang membentuk ikatan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berputar dan berkeliling disekitar salah satu atom. Pada molekul HCl elektron
Kovalen murni (non polar) yaitu mempunyai ciri Titik muatan negatif elektron komplotan berhimpit, sehingga pada molekul pembentukuya tidak terjadi momen dipol, dengan perkataan lain bahwa elektron komplotan mendapat gaya tarik yang sama

3.2  Saran
            1. Tetap kompak dan jangan miss kominukasi lagi

DAFTAR PUSTAKA

·         Atinirmala, Pratita.2008.Biologi Praktis.Yogyakarta: Kreasi Wacana.
·         Drs. Dedi M. Rochman dan Saptjih Nurwiati,S.Pd.2007.Intisari Biologi Untuk SMA.Bandung: Pustaka Setia.
·         Forum Tentor.2009.Buku Biologi SMA.Yogyakarta: PT. Buku Kita.
·         Pratita Atinirmala,S.Si.2008.Perang Siasat Biologi Praktis.Yogyakarta:Kreasi Wacana Yogyakarta
·         Prawirohartono.2000.Buku Pelajaran Biologi.Jakarta:Bhumi Aksara
·         R. Gunawan Susilowarno.2008.Biologi SMA/MA Kelas XII.Jakarta:Grasindo


Sumber http://kickfahmi.blogspot.com
Buat lebih berguna, kongsi:

Trending Kini: