Loading...

√ Efek Pemanasan Global

Kerusakan lingkungan semakin usang bisa mengakibatkan terjadinya pemanasan global √ Dampak Pemanasan Global


Dampak Pemanasan Global 

   Kerusakan lingkungan semakin usang bisa mengakibatkan terjadinya pemanasan global. Konsentrasi gas – gas tertentu yang dikenal sebagai gas rumah kaca, terus bertambah di udara akhir tindakan insan melalui kegiatan industri, khususnya CO2 dan Chlorofluorocarbon (CFC). Terutama karbon dioksida, yang umumnya dihasilkan dari penggunaan batubara, minyak bumi, gas, penggundulan hutan, serta pembakaran hutan. Asan nitrat dihasilkan oleh kendaraan dan emisi industri, sedangkan emisi metan disebabkan oleh acara industri dan pertanian. Chlorofluorocarbon (CFC) merusak lapisan ozon menyerupai juga gas rumah beling mengakibatkan pemanasan global. Karbon dioksida, chlorofluorocarbon, metana, asam nitrat ialah gas – gas polutif yang terakumulasi di udara akan menyaring banyak panas dari matahari.

   Proses pemanasan global dipicu oleh adanya efek rumah kaca, di mana energi matahari memacu cuaca dan iklim bumi serta memanasi permukaan bumi; sebaliknya bumi mengembalikan energi tersebut ke angkasa. Gas rumah beling pada atmosfer (uap air, karbon dioksida, dan gas lainnya) menyaring sejumlah energi yang dipancarkan, menahan panas menyerupai rumah kaca. Tanpa efek rumah beling natural ini maka suhu akan lebih rendah dari ketika ini dan kehidupan menyerupai kini mustahil ada. Makara gas rumah beling mengakibatkan suhu udara di permukaan bumi menjadi lebih nyaman sekitar 60o F / 15oC, tetapi permasalahan kemudian muncul ketika terjadi konsentrasi gas rumah beling pada atmosfer bertambah.

   Sejak awal revolusi industri, konsentrasi karbon dioksida pada atmosfer bertambah mendekati 30%, konsentrasi metana lebih dari dua kali, konsentrasi asam nitrat bertambah 15%. Penambahan tersebut telah meningkatkan kemampuan menjaring panas pada atmosfer bumi. Para ilmuwan umumnya percaya bahwa pembakaran materi bakar fosil dan kegiatan insan lainnya merupakan penyebab utama bertambahnya konsentrasi karbon dioksida dan gas rumah kaca.Sepanjang seratus tahun ini konsumsi energi dunia bertambah secara spektakuler, dimana sekitar 70% energi digunakan olheh negara – negara maju dan 78% dari energi tersebut berasal dari materi bakar fosil. Hal ini mengakibatkan ketidakseimbangan yang menimbulkan sejumlah wilayah terkuras habis dan lainnya mereguk keuntungan. Sementara itu, jumlah dana untuk pemanfaatan “energi tak sanggup habis” menyerupai matahari, angin, biogas, air, khususnya hidro mikro dan makro, baik di negara maju maupun miskin tetaplah rendah (dalam perbandingan dengan pemberian keuangan dan investasi yang dialokasikan untuk materi bakar fosil dan energi nuklir). Padahal sumber energi ini sanggup mengurangi penggunaan materi bakar fosil.

   Sementara itu, lautan dan vegetasi yang bertugas menangkap banyak CO2 tidak bisa mengimbangi pertambahan CO2 dari kegiatan insan di bumi, berarti bahwa jumlah akumulatif dari gas rumah beling yang berada di udara bertambah setiap tahunnya sehingga mempercepat pemanasan global.

   Penggundulan hutan yang mengurangi perembesan karbon oleh pohon, mengakibatkan emisi karbon bertambah sebesar 20%, dan mengubah iklim mikro lokal dan siklus hidrologis, sehingga memengaruhi kesuburan tanah. Padahal tanah mengandung karbon sebanyak 24 milyar ton dan hutan Indonesia menyumbangkan emisi CO2 sebesar 2,6 milyar ton per tahun, walaupun juga mengandung 19 milyar ton karbon. Jika diamati maka sumber pencemar utama ialah transportasi, kebakaran hutan, limbah rumah tangga, limbah tambang, dan limbah industri.

   Terjadinya global warming diakibatkan oleh kebijakan pemerintah yang tidak tepat, pengelolaan hutan yang salah dan mengakibatkan hutan tropis hancur serta tidak memperlihatkan manfaat yang signifikan baik bagi pemerintah maupun bagi penduduk di sekitarnya. Pihak yang menerima laba ialah pengusaha, yang secara semena – mena telah menghancurkan hutan yang menjadi daerah menyimpan air dan penghasil oksigen bagi makhluk hidup dan daerah hidup tumbuhan dan fauna.

   Pengelolaaan yang salah mengakibatkan banjir dan dampak lingkungan lain, rakyat miskin tetap miskin dan bahkan menjadi lebih miskin lantaran hutan sudah hancur. Bertambahnya suhu global yang tidak sanggup dicegah lagi dan perubahan iklim mungkin sudah terjadi sekarang. Selain itu, penyebab utama ialah adanya konsumsi yang berlebihan, bukan oleh 80% penduduk miskin di 2/3 pecahan bumi tetapi oleh penduduk kaya yang mengkonsumsi 86% dari seluruh sumber alam dunia. Program konversi minyak tanah menjadi gas sebagai rujukan ketidaksiapan pemerintah secara infrastruktur dan juga sosialisasi, mengakibatkan banyak orang desa memakai lagi kayu bakar dengan merambah hutan lantaran untuk memasak mereka sulit memperoleh minyak tanah dan gas serta harga gas semakin membumbung tinggi. 
Kampanye pemilu juga memacu kerusakan lingkungan lantaran penyumbang dana pemilu bisa jadi ialah pengusaha pembalakan hutan liar sebagai upaya pembersihan uang.

   Situasi menyerupai ini menjadi lebih jelek lagi dikarenakan banyak dan luasnya areal hutan alam menurun, begitu juga dengan keuntungannya bagi masyarakat. Banyak tumbuhan liar yang juga komersial, telah dieksploitasi secara berlebihan. Cadangan hutan dan area yang dilindungi oleh pemerintah, dikelola oleh pihak yang pengelolaannya tidak melibatkan komunitasi setempat, sehingga menimbulkan konflik sosial yang seharusnya tidak perlu terjadi. Banyak spesies tumbuh – tumbuhan yang manfaat potensialnya belum diketahui, tetapi spesies tersebut telah berkurang pada tingkat yang membahayakan dan punah lebih cpat dibandingkan laju pengumpulan tumbuhan tersebut untuk sanggup diteliti, dikenal, dan diregenerasikan kembali.


   Gaya hidup insan modern juga menjadi penyebab rusaknya lingkungan. Sampah yang dihasilkan perumahan atau kota turut menyumbang janjkematian sungai yang mengaliri perkotaan. Bencana itu masih ditambah dengan tumbuhnya industri di sepanjang sungai yang sering digunakan sebagai sarana pembilasan dan pembuangan sampah industri. Hampir semua sungai di Indonesia mengalami tekanan kerusakan fungsi ekosistemnya.

Sumber http://falah-kharisma.blogspot.com
Buat lebih berguna, kongsi: