Dalam Menciptakan suatu pembelajaran yang aktif kreatif dan menyenangkan sebagi usah untuk membuat keberhasilan pembelajaran, Bloom berbagi suatu contoh dan mekanisme pembelajaran yang sanggup diterapkan dalam memperlihatkan pembelajaran kepada satuan kelas. Secara operasional Bloom (dalam Winkel, 1996 : 413) menyiapkan langkah-langkah sebagai berikut:
![]() |
Kiat Menciptakan Pembelajaran yang Tuntas |
a. Menentukan tujuan pembelajaran yang harus dicapai penerima didik.
Menurut Sanjaya (2007: 62) ada beberapa alasan tujuan pembelajaran perlu dirumuskan dalam merancang suatu acara pembelajaran.
1. Dalam perumusan tujuan yang terperinci sanggup dipakai untuk mengevaluasi efektivitas keberhasilan proses pembelajaran. Suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil makala penerima didik sanggup mencapai tujuan secara oftimal. Kita tahu sebenarnya keberhasilan merupakan salah satu indikator keberhasilan pendidik dalm menyusun/merancang dan melaksanakan kegiatan proses mencar ilmu mengajar di dalam kelas.
2. Tujuan pembelajaran sanggup dipakai sebagai pedoman dan panduan kegiatan mencar ilmu penerima didik. Tujuan yang terperinci dan sempurna sanggup membimbing penerima didik dalam melaksanakan acara belajar. Berkaitan dengan itu guru juga sanggup merencanakan dan mempersiapkan tindakan apa saja yang harus dilakukan untuk membantu penerima didik.
3. Disamping itu, Tujuan pembelajaran sanggup membantu dalam mendesain sistem pembelajaran. Artinya, dengan tujuan yang terperinci dan sempurna sanggup membantu guru dalam menentukan materi pelajaran, metode atau taktik pembelajaran, alat, media, dansumber belajar, serta dalam menentukan dan merancang alat penilaian untuk melihat keberhasilan mencar ilmu penerima didik.
(Baca Pengertian Profesional, Profesinalisme dan Profesionalisasi)
(Baca Cara Tepat untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa)
(Baca Pengertian Profesional, Profesinalisme dan Profesionalisasi)
(Baca Cara Tepat untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa)
4. Seterusnya, Tujuan pembelajaran sanggup dipakai sebagai control dalam menentukan batas-batas dan kualitas pembelajara. Artinya melalui penetapan tujuan, guru sanggup mengontrol seberapa jauh penerima didik telah menguasai kemampuan-kemampuan sesuai dengan tujuan dan tuntutan kurikulum yang berlaku. Lebih jauh dengan tujuan sanggup ditentukan daya serap penerima didik dan kualitas suatu sekolah/madrasah.
b. Menjabarkan materi pembelajaran (bahan ajar) atas sejumlah unit pembelajaran
Materi pembelajaran dikembangkan sesuai dengan tujuan pembelajaran, berdasarkan kurikulum yang sedang berlaku (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Agar planning pembelajaran membantu guru dalam pembelajaran, rincian pokok-pokok materi hendaknya dicantumkan secara cermat dalam planning pembelajaran. Dalam mengorganisasikan materi, guru sanggup menempuh aneka macam cara. Guru sanggup menyususnnya dari yang gampang ke yang sukar, dari yang sederhana ke yang kompleks, dari yang faktual ke yang abstrak, atau yang ada di sekitar penerima didik ke yang jauh (Wardani, 2004: 8)
Pemilihan materi pembelajaran (bahan ajar) harus sejalan dengan kriteria-kriteria yang dipakai untuk menentukan isi kurikulum bidang., yaitu: 1) Akurat dan up to date, sasarannya sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan inovasi gres dalam bidang teknologi; 2) Kemudahan, sasarannya untuk memahami prinsip, generalisasi, dan memperoleh data; 3) Kerasionalan, sasarannya berbagi kemampuan berpikir rasional, bebas dan logis; 3) Esensial, sasarannya untuk berbagi moralitas pengguanaan pengetahuan; 4) Kemaknaan, sasarannya bermakna bagi penerima didik dan perubahan social; 5) Keberhasilan, sasarannya keberhasilan untuk mempengaruhi tingkah laris penerima didik; 5) Keseimbangan, sasarannya berbagi eksklusif penerima didik secara seimbang dan menyeluruh; 6) Kepraktisan, sasarannya mengarahkan tindakan sehari-hari dan untuk pelajaran berikutnya (Harjanto, 2006: 223)
c. Memberikan pelajaran secara klasikal
Sesuai dengan unit pembelajaran yang sedang dipelajari. Proses pembelajaran berdasarkan Muslich (2007: 60) biasanya dikelompokan ke dalam tiga kegiatan besar, yaitu: 1) Kegiatan awal, biasanya diisi dengan mengemukakan hal-hal yang menarik minat penerima didik untuk belajar, membahas ulang pengetahuan prasyat, atau memberikan informasi awal atau klarifikasi kiprah secara klasikal. Pengetahuan prasyarat yang dibahas hendaknya betul-betul yang bersahabat dengan konsep gres yang dipelajari, tidak terlalu jauh sehingga waktu yang dipakai menjadi singkat; 2) Kegiatan inti, disediakan untuk penerima didik terlibat dalam kegiatan menyerupai melaksanakan percobaan, bermain peran, kegiatan dalam mencari solusi dari permasalahan, ataupun simulasi tertentu, yang sebaiknya dilakukan secara berpasangan atau berkelompok. Apabila kegiatan ini dilakukan penerima didik secara perorangan maka harus diikuti dengan kegiatan yang melibatkan lebih dari satu orang, contohnya saling menjelaskan proses dan hasil mencar ilmu kepada temannya. Hal ini dimaksudkan semoga tercipta interaksi diantara mereka sehingga hasil mencar ilmu mereka menjadi mantap; 3) Kegiatan penutup, biasanya diisi dengan rangkuman hasil mencar ilmu secara klasikal. Alokasi waktu untuk kegiatan awal dan epilog masing-masing sebaiknya tidakl lebih dari 10-15 menit sehingga sisanya untuk kegiatan inti.
d. Memberikan tes kepada penerima didik pada tamat masing-masing unit pembelajaran, untuk mengecek kemajuan masing-masing penerima didik dalam mengolah materi pembelajaran. Te situ bersifat formatif, ialah bertujuan mengetahui hingga seberapa jauh penerima didik dalam pengolahan materi pembelajaran (diagnostic proress test). Menurut Yamin (2007: 127) dalam test formatif ini, ditetapkan norma yang tetap dan pasti, contohnya 80% dari jumlah pertanyaan dalam tes itu harus dijawab betul, supaya penerima didik dinyatakan berhasil atau telah menguasai tujuan pembelajaran.
e. Peserta didik yang belum mencapai tingkat penguasaan yang dituntut, diberikan pertolongan khusus, contohnya pertolongan dari seorang sahabat yang bertindak sebagai tutor, menerima pengajaran dalam kelompok kecil, disuruh mempelajari buku dalam bidang tertentu dan mengambil unit pelajaran tertentu menyerupai yang dirancang. Menurut Yamin (2007: 127) bentuk pertolongan atau pertolongan khusus yang diberikan, sanggup bermacam-macam, asalakan sesuai dengan kebutuhan penerima didik yang masih mengalami kesulitan. Setelah beberapa waktu, penerima didik menempuh tes formatif alternative yang mengukur taraf keberhasilan terhadap unit pelajaran yang sama.
f. Setelah semua penerima didik mencapai tingkat penguasaan pada unit pembelajaran yang bersangkutan barulah guru mulai mengajarkan unit berikutnya.
Menurut Shaleh (2005: 79) penerima didik dalam taktik Mastery Learning dinyatakan tuntas tuntas belajar/menguasai materi pembelajaran jikalau mencapai skor minimal 75% dan kelas dinyatakan tuntas mencar ilmu jikalau penerima didik yang tuntas mencar ilmu mencapai minimal 85%.
g. Unit pembelajaran yang menyusul itu juga diajarkan secara kelompok dan diakhiri dengan memperlihatkan tes formatif bagi unit pelajaran yang bersangkutan. Bagi Peserta didik yang ternyata belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), maka akan diberika pembelajaran secara khusus.
h. Setelah penerima didik paling sedikit kebanyakannya, mencapai tingkat keberhasilan yang dituntut guru mulai mengajar unit pelajaran ketiga. Makara seluruh penerima didik dalam kelas selalu mulai mempelajari suatu init pelajaran gres secara bersama-sama.
i. Prosedur yang sama diikuti pula dalam mengajarkan unit-unit pelajaran lain, hingga seluruh rangkaian selesai.
j. Setelah seluruh rangkaian unit pelajaran selesai, penerima didik mengerjakan tes yang meliputi seluruh rangkaian unit pembelajaran. Test tamat ini bersifat sumatif, ialah bertujuan mengevaluasi taraf keberhasilan masing-masing penerima didik terhadap semua tujuan pembelajaran.
Selain mekanisme di atas, berdasarkan S. Nasution (1982: 53) guru sanggup melaksanakan mencar ilmu tuntas dan penerima didik mempunyai menguasai penuh atau tuntas, ialah melalui mekanisme tambahan. Dengan pengajaran biasa guru tidak akan mencapai penguasaan tuntas oleh penerima didik. Usaha guru harus dibantu dengan kegiatan suplemen yang terutama terdiri atas (1) feedback atau umpan balik yang terperinci kepada guru maupun penerima didik, (2) sumber dan metode pembelajaran suplemen tambahan di mana saja diperlakukan. Usaha suplemen itu dimaksud untuk memperbaiki mutu pembelajaran dan meningkatkan kemapuan penerima didik memahami apa yang diajarkan dan dengan demikian mengurangi jumlah waktu untuk menguasai materi pembelajaran sepenuhnya
Sumber http://www.pondok-belajar.com/
Buat lebih berguna, kongsi: